Hal itulah yang kemudian dikeluhkan oleh pengacara Alfian Tanjung, Ahmad Michdan kepada jaksa penuntut umum di persidangan. Ia meminta agar hari kunjungan advokasi untuk Alfian Tanjung yang ditahan di Mako Brimob Kelapa dua, ditambah.
“Kami meminta kepada hakim untuk melanjutkan kepada jaksa agar kunjungan pengacara ke Rutan Mako bisa lebih diberi waktu lagi, misalnya hari Kamis. Selama ini kami kesulitan mengunjungi Ustadz, karena sudah waktunya mepet, juga harinya hanya Selasa dan Jumat,” ungkap Ahmad di muka persidangan kasus UU ITE di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/01/2018).
Selain itu, Michdan juga mempertanyak penempatan tahanan Alfian Tanjung di Mako Brimob. Menurutnya, Afian Tanjung diperlakukan layaknya pelaku tindak kejahatan luar biasa. Ia pun mendesak agar penahan dapat dipindahkan ke rutan Cipinang atau rutan lainnya di Jakarta.
“Kami juga bingung, kenapa ustadz ditahan di Mako Brimob, bukan di rutan biasa, dia kan bukan teroris atau pun tindak kejahatan luar biasa lainnya, ini yang masih jadi pertanyaan kami,” ungkapnya.
Hal serupa juga disampaikan pula oleh Alfian Tanjung sendiri. Ia mengaku heran dengan bebasnya kunjungan advokasi bagi tahanan lain. Ia pun mengeluhkan ketatnya penahanan dan minimnya waktu kunjungan di Mako Brimob.
“Tahanan lain di Mako Brimob bisa bebas saja dikunjungi pengacaranya. Karena, saya jujur masih bingung dengan proses hukum ini. Karenanya, saya minta lebih luas diberikan waktunya. Sebetulnya ini hanya jaksa mau memberikan waktu atau tidak, karena dari penuturan penjaga, semua diserahkan kepada jaksa,” ungkapnya
Menjawab permintaan perluasan hari atau pemindahan tahanan, salah satu JPU, Reza mengungkapkan akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak Mako Brimob.
‘Kami akan komunikasi lebih lanjut dengan Mako Brimob,” ungkapnya.sumber: kiblat
