KEAJAIBAN AIR
Daftar Isi
KEAJAIBAN AIR
Oleh: Fitra
Hudaiya NA
Dan bahwa
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka
tidak beriman?. (QS. al-Anbiya’: 30).
Air[1]
adalah satu-satunya perantara yang mengandung
mineral-mineral dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup. Jadi, sendi kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan adalah air.
Kalau bukan “karena” air, niscaya tak ada kehidupan di permukaan bumi.
Allah
memberikan anugerah kepada orang-orang yang beriman dengan menurunkan kepada
mereka air yang menjadi sendi kehidupan mereka. Dia berfirman, “Dialah yang
telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu; sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, dan padanya kamu mengembalakan
ternakmu. Dengan (air hujan) itu dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman,
zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran) bagi orang-orang yang
berpikir.” (an-Nahl: 10-11).
Tatkala
Allah menciptakan bumi beserta langit dan Dia hendak menciptakan manusia di
atas bumi, Dia terlebih dahulu menciptakan air, yang merupakan sendi kehidupan
manusia dan segenap makhluk hidup di sekitar manusia.
Allah
berfirman, “dan bahwa Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari
air.” (al-Anbiya’: 30).
Ayat
mulia ini dianggap sebagai salah satu mukjizat ilmiah terbesar dalam Al-Quran.
Sebab, ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari air. Allah
menyebut kata ma’ (air) dalam
Al-Quran sebanyak 49 kali.
Ayat
tersebut juga menunjukkan bahwa semua makhluk hidup yang ada di permukaan bumi
tersusun dari air. Namun, kadar air pada tiap-tiap makhluk berbeda-beda satu
sama lain. Jadi, air adalah asal-usul kehidupan. Darinya tercipta
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Ayat
ini sejalan dengan berbagai penemuan ilmiah kontemporer. Para ahli telah
menyatakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari 80 persen air, 70 persen
tubuh manusia tersusun dari air sehingga manusia tidak dapat hidup tanpa air
lebih dari empat hari. Adapun tumbuh-tumbuhan terbukti makan dari air, bukan
dari tanah, dimana ia mampu tumbuh di air yang jauh dari tanah.
Banyak
penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh kondisi kekurangan air atau
kekeringan. Maka, jika sebagian jaringan tubuh mulai terasa kering, timbullah
gejala-gejala penyakit. Dokter kadang-kadang salah dalam mendiagnosis kondisi
seperti ini. Padahal, obat yang sesungguhnya atas kondisi demikian adalah minum
air. Semua manusia baik yang sehat maupun yang sakit harus meminum air
setidaknya dua liter dalam sehari.
Semua
fungsi organ tubuh makhluk hidup berhenti seiring dengan menghilangnya air.
Organ-organ itu tidak bisa beraktivitas tanpa air. Jadi, air bukan hanya unsur
pembentuk tubuh akan tetapi semua aktivitas kehidupan dalam tubuh manusia,
hewan, dan tetumbuhan bergantung pada air. Tubuh tidak bisa melakukan aktivitas
kehidupannya tanpa air.
Kita
tahu bahwa bumi adalah planet yang paling kaya akan air. Para ahli pun
menamainya “planet biru” atau “planet air” karena memilliki banyak air. Para
ahli sejak dahulu kala telah dibuat bingung dengan asal muasal air yang ada di
permukaan bumi tersebut. Barulah belakangan
diketahui bahwa air di permukaan bumi berasal dari perut bumi.
Al-Quran
telah mendahului penemuan tersebut lebih dari 1.400 tahun, dimana ayat Al-Quran
yang mulia telah menyatakan, “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. Darinya Dia pancarkan mata air,
dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” (An-Nazi’at: 30-31).
Era
sekarang adalah era puncak kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, tak seorang pun
bisa menjelaskan bagaimana air hujan turun. Ada banyak teori dibuat untuk
menjelaskan fenomena ini, namun tak satu pun yang bisa memastikan bagaimana
proses turunnya air hujan.
Pada
suatu hari, Rasulullah kembali dari perjalanan dari Makkah menuju Madinah.
Lalu, beliau melaksanakan shalat subuh dengan para sahabat yang menyertainya.
Kemudian beliau berkata, “pagi ini ada yang kafir dan ada yang mukmin.” Para sahabat pun terguncang mendengar
pernyataan Nabi tersebut. Mereka serempak bertanya, “maksud anda
sahabat-sahabat anda, wahai Rasulullah?”
Mereka
kemudian memandang di sekeliling mereka, mengira bahwa Rasulullah membicarakan
sesuatu atau orang di sekeliling mereka.
Mereka lalu bertanya lagi, “Siapa di antara kami yang kafir dan siapa
yang mukmin, wahai utusan Allah?”
Beliaupun
bersabda, “Barang siapa berkata, ‘hujan turun karena bintang ini dan itu,’
ia menjadi kafir. Dan barang siapa berkata, ‘hujan turun karena nikmat dan
anugerah dari Allah,’ dia termasuk orang-orang mukmin.” (HR. Bukhari).
Jadi,
hujan adalah nikmat dan anugerah dari Allah, tak ada yang menurunkannya selain
Dia. Allah berfirman, “Dan tidak sesuatu pun, melainkan dari Kamilah
sumbernya; kami tidak menurunkannya (hujan) melainkan dengan ukuran tertentu.” (Al-Hijr:
21). Ayat ini berbicara tentang turunnya
hujan. Allah juga berfirman, “Kamukah yang menurunkannya dari awan
(al-muzn) ataukah kami yang
menurunkannya?” (Al-Waqi’ah: 69).
Kata al-Muzn pada ayat ini berarti awan
tebal yang membawa uap air. Akan tetapi, awan tebal kadang-kadang mandul, tidak
menurunkan hujan. Jadi Allah-lah yang menganugerahkan kepada kita hujan yang
menurunkan air tawar yang menyegarkan. Dan, orang-orang pun mengetahui bahwa
Rasulullah menyambut hujan dengan kedua telapak tangannya, seraya bersababda, “ini
anugerah dari Allah baru saja turun.”
Setelah
air dikeluarkan dari perut bumi melalui kawah-kawah gunung berapi, kemudian
turunlah hujan. Lalu, hujan itu memenuhi kubangan-kubangan laut dan samudera.
Dari sini, dimulailah proses daur ulang (metamorfosis) air; cahaya matahari
menguapkan air di permukaan laut dan samudra lalu uap tersebut naik ke atas,
kemudian uap itu menjadi awan dan menurunkan air hujan. Wallaahu A’lam.