10 Tahun Terkatung-katung, Masjid Raya Nias ‘Dijual’
Table of Contents
Masjid Raya Al-Furqan merupakan
masjid tertua di Pulau Nias yang merupakan simbol eksistensi umat Islam di
sana. Masjid ini berdiri sejak tahun
1950-an. Dibangun oleh kaum Muslimin bersama para pedagang yang datang ke
Gunungsitoli, baik dari Padang maupun dari Aceh.
Masjid kebanggaan Muslim di Nias
ini berada di pinggir laut, Jl Gomo, Kota Gunungsitoli, tepatnya di samping
Kantor DPRD dan depan Pendopo Kota Gunungsitoli.
Posisinya yang strategis, membuat
orang-orang yang melihat dari arah laut akan terkesima. Dulu, jika memasuki
pelabuhan lama, maka pertama sekali yang terlihat adalah masjid tersebut.
Tamu-tamu dari Pemda Nias,
pemerintah Gunungsitoli, atau tamu lain dari Luar kepulauan Nias –yang beragama
Islam, hampir selalu dibawa ke tersebut untuk menunaikan shalat.
Kini, sejak hampir sepuluh tahun
belakangan, Masjid Raya Al-Furqan untuk sementara tidak bisa digunakan
sebagaimana biasa. Masjid ini hancur saat dihantam gempa dahsyat berkekuatan
8,2 SR, April tahun 2005.
Padahal kaum Muslimin Nias begitu
besar keinginan dan harapannya untuk kembali menggunakannya secara lebih layak.
Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Begitulah kira-kira yang
ada dalam hati saudara-saudara Muslim di Pulau Nias. Tadinya, Masjid Raya
Al-Furqan merupakan pusat kegiatan umat Islam setempat.
Muslimin di Nias bukan hanya
minoritas dari segi jumlah, tapi diperparah juga oleh kondisi ekonomi yang
sangat memprihatinkan.
Ada kekhawatiran, jika kondisi
itu tidak mendapat perhatian kaum Muslimin khususnya di Indonesia, tidak
dibantu dari segi ekonomi dan pendidikan mereka, Islam di sana ke depan tidak
akan ditemukan lagi. Sebab bisa saja mengalami kemusnahan. Semoga itu tidak
terjadi!
Pembangunan Tersendat
Masjid Raya Al-Furqan dibangun
kembali pasca gempa pada 2005 itu. Meski sudah hampir sepuluh tahun lamanya,
proses pembangunan masjid ini terkatung-katung. Sebab hanya mengandalkan infaq
dari masyarakat Gunungsitoli yang ekonominya pun lemah.
Sikap pemerintah di Gunungsitoli
terhadap proses pembangunan Masjid Raya Al-Furqan hampir dipastikan tidak ada
sama sekali. Mungkin karena pemerintah menganggap pembangunan ini program yang
tidak strategis. Untuk diketahui, para pemangku jabatan di pemerintah di
Gunungsitoli hampir seluruhnya beragama non-Muslim.
Ketua BKM (Badan Kenadziran
Masjid) Masjid Raya Al-Furqan mengatakan, pembangunan masjid itu selama ini
tidak lepas dari dukungan dan doa dari masyarakat yang terpanggil.
“Dan kita targetkan Mei 2016 ini
sudah selesai. Progres pembangunan sekarang sudah di tahap 70 persen,
(pengecoran lantai 3), dari total kebutuhan dana Rp 7 milyar lebih,” ujarnya.
“Dengan terbangunnya Masjid Raya
Al-Furqan ini, maka kelak kegiatan TPA, Majelis Ta’lim, shalat Jumat dan shalat
lima waktu akan terasa nyaman dan khusuk,” ucap Yusman Dawolo sebagai
penanggungjawab pembangunan.
Oleh karena itu, masyarakat
Muslim di Nias berharap ada perhatian dari seluruh umat Islam. Dengan turut
andil dalam pembangunan masjid ini, insya Allah akan menjadi saksi dihadapan
Allah Subhanahu Wata’ala akan kepedulian terhadap eksitensi Islam di sana.
Amanah infaq yang didonasikan
untuk pembangunan itu, insya Allah, turut bisa menghadirkan kembali kumandang
adzan di dalam masjid itu.
Allah menjual kepada kita masjid
ini dengan harga murah, tapi dengan imbalan yang sangat mahal yaitu surga. Inilah yang terbaik
dari Allah bagi hamba-hambanya yang
shalih.
Sebagaimana Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin,
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka….” (At Taubah: 111).
Bagi para pembaca yang ingin
berpartisipasi untuk pembangunan Masjid Raya Al-Furqan Nias, dananya bisa
ditransfer ke Rekening: Bank Muamalat 496 0000 932 a.n Yayasan Rumah Infaq.
Atau menghubungi kontak person Ustadz Yusman Dawolo: 0812 9599 9191.