Begini Kata Sultan Yogya soal Mitos Dilarang Berbaju Hijau di Parangtritis

Begini Kata Sultan Yogya soal Mitos Dilarang Berbaju Hijau di Parangtritis

KONTENISLAM.COM - Mitos yang menyebut ada larangan menggunakan pakaian berwarna hijau saat berada di pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama Pantai Parangtritis, sudah tak asing lagi bagi warga Yogyakarta, bahkan wisatawan dari luar daerah. Saat ditanya soal mitos itu, bagaimana jawaban Gubernur DIY dan juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X?

"Ora ngerti aku (tidak tahu saya)," kata Sultan kepada wartawan menanggapi mitos larangan berbaju hijau di Pantai Parangtritis, Selasa (29/10/2019).

Sultan memilih menanggapi santai berkembangnya mitos itu hingga saat ini. Ia tidak mengajak atau menganjurkan orang untuk mempercayainya.

"Ya terserah orangnya (dalam menanggapi mitos itu) to, kok tanya saya. Ya terserah saja orang melihatnya," pungkas dia.

Seperti diketahui, berkembang mitos soal larangan mengenakan baju hijau saat berkunjung ke Pantai Parangtritis. Mitos ini juga sempat viral beberapa bulan yang lalu di salah satu platform medsos.

Sebelumnya, detikcom berbincang dengan peneliti madya Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Widodo Pranowo pada Juni 2019.

Widodo menjelaskan soal arus di Pantai Selatan Yogyakarta yang disebut-sebut mematikan.

Bulan Juni adalah awal dari musim angin Tenggara. Angin yang dingin dan kering ini bergerak dari atas Benua Australia menuju Indonesia ke arah barat laut.

Widodo mengungkap, angin ini mempunyai dua probabilitas utama untuk membangkitkan dua fenomena alam di perairan sepanjang selatan Jawa. Fenomena pertama adalah gelombang yang menjalar mengarah tegak lurus ke pantai, dan fenomena kedua adalah umbulan massa air laut dari lapisan dalam menuju ke lapisan permukaan yang lebih dikenal sebagai upwelling. Fenomena-fenomena tersebut, kata Widodo, ada yang berdampak positif dan negatif bagi masyarakat.

Fenomena upwelling sering kali mengangkat massa air dari lapisan dalam ke lapisan permukaan laut. Pengangkatan massa air ini kaya akan nutrien dan mineral.

Sekitar satu bulan setelahnya, kesuburan primer perairan pantai selatan Jawa akan meningkat dan menjadi daerah asuhan ikan-ikan kecil. Populasi ikan-ikan pelagis besar akan meningkat dan bisa ditangkap melimpah oleh nelayan.

Berbicara tentang potensi dampak negatif, hal ini yang patut diwaspadai oleh masyarakat, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai selatan Jawa.

"Gelombang yang datang tegak lurus menuju ke pantai. Ketika menghantam dua gundukan pasir dan atau dua gundukan karang yang mengapit sebuah alur yang lebih dalam, akan menghasilkan arus balik meninggalkan pantai menuju ke laut lepas dengan kecepatan sekitar 20 meter per detik," ujar Widodo kepada detikcom, Minggu (9/6/2019).

Arus yang mematikan ini sering disebut sebagai RIP (rest in peace) Current. Arus ini bisa menggerus pasir yang dipijak oleh wisatawan yang berada di kawasan bibir pantai tersebut. Area gelombang pecah biasanya lebih tenang dibandingkan dengan gundukan pasir atau tumpukan karang.

"Arus yang kencang ini sering menyeret wisatawan yang tidak siap. Dalam 5 detik seseorang akan terseret hingga 100 meter ke lepas pantai," kata Widodo.

Jika wisatawan terseret arus ini dan panik, tutur Widodo, jangan mencoba berenang tegak lurus melawan arus kembali menuju ke pantai. Karena wisatawan akan kehabisan energi dan kehabisan napas, sehingga kemungkinan tenggelam akan lebih besar.

Kekuatan RIP Current ini bervariasi. Mana kala kekuatannya cukup tinggi, akan semakin kuat menyeret korban begitu jauh ke lepas pantai atau tengah lautan. Kasus yang sering terjadi adalah korban baru muncul ditemukan beberapa jam hingga beberapa hari kemudian. Beberapa kasus yang terjadi, korban tidak ditemukan jasadnya sama sekali.

Hal ini kemungkinannya tersangkut oleh cerukan karang di dasar laut, sehingga jasad korban tidak bisa muncul kembali ke permukaan ketika RIP Current melemah.

Lantas apa hubungannya dengan mitos korban biasanya wisatawan yang berbaju hijau? Mitos adanya 'penculikan' Ratu Pantai Selatan sering kali dikaitkan. Padahal ada alasan logis mengenai hal tersebut.

"Apabila ingin turun berenang, carilah area yang lebih aman, dan gunakan kostum yang berwarna cerah, seperti jingga atau merah muda. Hindari kostum berwarna hijau. Karena apabila kamu terseret arus atau tenggelam akan sulit dicari. Baju berwarna hijau akan menyatu dengan warna air laut," papar Widodo. [detik]

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam | Ikuti Kami di Facebook: facebook.com/KONTENISLAMCOM | Flow Twitter Kami: @beritaislam

Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close