Proyek Ambisius Jokowi Berujung Mangkrak? PLN Terlilit Utang Rp 500 Triliun, Mundur 10 Tahun dari Target

Presiden Joko Widodo 

KONTENISLAM.COM - Pemerintah sebelumnya menargetkan proyek pembangkit listrik 35 ribu MW bisa rampung 2019. Namun diundur menjadi 2025, dan terakhir ditargetkan 2029.

Apa kabar program listrik 35 ribu MW? Proyek yang pertama kali dicanangkan Presiden Jokowi pada awal menjabat 2014 lalu.
 
Tak tanggung-tanggung, proyek ini mengantungi target ambisius rampung hanya dalam lima tahun atau akhir 2019.

Tidak hanya Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu merupakan tokoh yang paling percaya diri kalau proyek ini akan berhasil dalam lima tahun. Namun faktanya, target itu meleset sangat jauh. Hingga Mei 2020, yang tercapai hanya 6.811 megawatt dan tergerus pandemi COVID-19.

Saking percaya dirinya, Jusuf Kalla bahkan harus bersitegang dengan menterinya sendiri Rizal Ramli yang pada 2015 baru saja menjabat Menko Kemaritiman. Uniknya, Rizal meski berstatus sebagai pembantu presiden, dengan lantang mengkritik ambisi JK. Bagi Rizal, proyek 35 ribu MW tersebut sangat mustahil bisa dikebut dalam waktu lima tahun, baik dari sisi teknis maupun pembiayaan.

Kritikan Rizal ini kemudian dijawab JK dengan sinis. Sebut JK, sebagai menteri, Rizal harus mempelajari dulu sebelum berkomentar.

“Memang tidak masuk akal (proyek pembangkit listrik 35 ribu MW) tapi menteri harus banyak akalnya. Kalau kurang akal pasti tidak paham itu memang. Itu kalau mau 50 ribu MW pun bisa dibuat. ‎Jangan bicara tanpa paham persoalan, itu berbahaya,” ujar JK.

JK juga menepis adanya kepentingan pribadi di balik proyek ambisius itu. Menurut JK, tudingan itu sangat merendahkan Presiden Jokowi.

“‎Malah kalau begitu mengurangi kewibawaan presiden. Karena yang resmikan kan presiden, bukan saya. Policy pemerintah, Pak Jokowi yang meresmikannya, berarti memandang kurang pantas Pak Jokowi kalau begitu kan,” jelas JK.

Tak mau kalah, Rizal malah mengajak JK untuk bertemu dan berdebat di depan umum. “Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum‎,” tantang Rizal di Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Ucapan ‘tak sopan’ inilah yang pada akhirnya menjadi batu sandungan bagi Rizal sendiri. Ia kemudian didepak dari kabinet dan selanjutnya digantikan oleh Luhut Panjaitan.

Ternyata prediksi Rizal kini terbukti. PT PLN (Persero) sebagai pihak yang ikut membangun proyek dan menjadi satu-satunya pembeli listrik dari produsen swasta (IPP) akhirnya terlilit utang jumbo. Yakni mencapai Rp 500 triliun pada akhir 2019.

PLN Terlilit Utang 500 Triliun

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, kenaikan utang sebesar Rp 500 triliun tersebut terjadi dalam 5 tahun terakhir. Padahal, pada 2014 perseroan hanya berutang tidak sampai Rp 50 triliun.

“Lima tahun terakhir PLN membiayai investasinya dengan utang. Tapi karena tiap tahun utang Rp 100 triliun, ya maka utang PLN di 2019 kemarin mendekati Rp 500 triliun,” kata Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (25/6/2020).

Menurut dia, PLN terpaksa mencari pinjaman dana untuk proyek pengadaan listrik 35 ribu MW lantaran benar-benar tidak mampu membiayainya secara mandiri.

“Karena memang kita enggak ada kemampuan investasi yang terkait dengan 35 MW ini. Dari investasi itu, pinjaman Rp 100 triliun per tahun hampir enggak ada dana sendirinya dari PLN. Rp 100 triliun itu 100 persen pinjaman,” tutur dia.

“Sebagai bankir saya paham ini enggak sehat. Kalau ada debitur datang ke bank, mau investasi Rp 100 triliun pasti saya tanya, dana sendirimu berapa? Saya minta 30 persen kan. Tapi case PLN, dana sendiri nol, pinjaman 100 persen. Ini kondisinya,” ujar Zulkifli.

Target 2019 Mundur 2029

Kementerian ESDM menyebut megaproyek 35 Ribu MW baru selesai 2029. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebut pembangunan megaproyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) bakal terlambat dari jadwal.

Sebab, pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah target pemerintah membuat daya beli listrik tak naik signifikan.

Rida mengatakan pembangunan megaproyek 35 ribu MW bakal selesai pada 2029. Padahal sebelumnya pemerintah menargetkan proyek tersebut dapat rampung pada 2019 yang kemudian direvisi hingga 2025.
 
Mundurnya operasi megaproyek 35 ribu MW itu karena pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target awal pemerintah. Rida menyebut pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5 persen dari target 7-8 persen.

“Karena demandnya rendah. Dulu kan kita proyeksi 7-8 persen pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan listrik bisa 1,2 kali. Tapi kan cuma 5 persen pertumbuhan ekonomi, malah pertumbuhan listriknya di bawah itu, cuma 4,5 persen,” kata Rida usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu (5/2).

Rida malah menyebut lambatnya pembangunan megaproyek tersebut menguntungkan. Lantaran pasokan listrik yang ada bisa terserap.

Pemerintah pun hanya menargetkan 8.823 MW bisa masuk tahapan commercial on date (COD) hingga akhir 2020. Sedangkan realisasi operasi pembangkit listrik dalam program 35 ribu MW pada tahun lalu telah mencapai 6.811 MW. Angka tersebut meningkat sebesar 2.865 MW dibandingkan dengan status akhir Oktober 2019 sebanyak 3.146 MW. Ini berarti, sebesar 15.634 MW dari program 35 ribu MW akan beroperasi hingga tahun ini.

“Tahun ini merupakan puncak penyelesaian dari program 35 ribu MW. Sejumlah 8.823 MW kalau tidak ada aral melintang akan mencapai commercial operation date,” kata Rida.

Sedangkan porsi total kapasitas terpasang pembangkit listrik sampai akhir 2019 mencapai 69,57 GW yang terdiri dari 60 persen Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), disusul Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) sebesar 29 persen.

“Disusul oleh pembangkit EBT sebesar 15 persen dan 4,6 GW atau 6,7 persen dari panas bumi,” kata dia.

Sedangkan pembangunan jaringan transmisi sampai akhir 2019 mencapai 60.102 kms dengan rincian 59.387 dibangun PLN dan 714 kms dibangun non PLN.

“Sedangkan pembangunan Gardu Induk sampai akhir 2019 mencapai sebesar 151.136 mva dengan rincian 148.641 mva dibangun PLN dan 2.495 mva dibangun non PLN,” kata dia.
 
Sumber: bizlaw

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close