Beras Melimpah, Buwas Beberkan Bukti RI Tak Butuh Impor

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengunjungi Gudang Bulog Gedebage, Bandung, Selasa (3/2). Buwas memastikan stok beras untuk Idul Fitri 2020 aman. 

KONTENISLAM.COM - Rencana impor beras 1-1,5 juta ton ditentang oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Pria yang akrab disapa Buwas itu yakin Indonesia masih bisa memenuhi kebutuhan beras masyarakat dari produksi dalam negeri.

Apalagi saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog ada 923.000 ton.

"Hari ini beras CBP kita 902.000 ton, dengan tambahan serapan kemarin dari 800.000 ton, sekarang bertambah. Kalau secara keseluruhannya dikuasai Bulog 923.000 ton hari ini," kata Buwas dalam webinar PDIP, Kamis (25/3/2021).
 
Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras selama Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, dengan kebutuhan sebesar 9,7 juta ton. Dari angka tersebut, maka selama Januari-April 2021 diprediksi adanya surplus stok beras sebanyak 4,8 juta ton.

"Saya ingin membuktikan sendiri bahwa produksi dalam negeri itu memang cukup. Saya memegang apa yang disampaikan oleh pihak Kementerian Pertanian dengan BPS. Terus kalau saya tidak percaya, saya percaya dengan siapa?," tegas dia.

Buwas menegaskan, rencana impor beras 1 juta ton tak sesuai dengan keadaan di Tanah Air yang akan memasuki panen raya.

"Belum apa-apa kita sudah menyatakan impor, apalagi yang mendasar yaitu beras. Apalagi ini masa panen. Yang ngomong soal impor kan bukan saya karena saya bukan pengambil kebijakan, bukan pengambil keputusan," terang dia.

Beras Mengendap

Impor beras sendiri pernah dilakukan pada tahun 2018 sebanyak 1,8 juta ton. Namun, stok beras impor itu tak kunjung habis sampai sekarang dan sudah turun mutu. Bahkan, ada 200.000 ton beras impor tahun 2018 yang masih tersisa sampai saat ini, dan dari angka tersebut ada 106.000 ton yang terancam rusak atau membusuk.

"Sisa dari beras impor kurang lebih 200.000 ton, ini ada potensi rusak itu 106.000 ton beras impor. Kalau dari dalam negeri itu aman," kata Buwas.

Ia pun menceritakan lagi bagaimana pengalaman impor beras 1,8 juta ton yang pada akhirnya sulit disalurkan, hingga terancam membusuk.

Buwas mengatakan, impor beras kala itu dikarenakan cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog hanya 600.000 ton, sementara Bulog punya tugas menyalurkan bantuan sosial (Bansos) beras sejahtera (Rastra) sebanyak 2,6 juta ton per tahun.
 
Sayangnya, pada tahun 2019 pemerintah menghentikan program Bansos Rastra menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Dalam program BPNT, Bulog tak lagi menjadi pemasok utama. Akibatnya, beras yang diimpor sulit tersalurkan dan menumpuk di gudang Bulog.

Pada saat kualitas beras impor masih baik pun menurut Buwas penyalurannya sulit. Pasalnya, jenis beras impor tak sesuai dengan jenis beras yang biasa dikonsumsi mayoritas masyarakat Indonesia.

"Dalam sisa yang ada, beras di Bulog dengan 1,8 juta ton ini bermasalah impornya. Kenapa bermasalah? Berasnya tidak jelek, bagus. Persoalannya 1, jenis beras yang diimpor kebanyakan jenisnya pera. Pera itu tidak mayoritas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia," tutur dia.

Oleh karena itu, beras impor tersebut pun harus disalurkan dengan cara dicampur dengan beras produksi Tanah Air.

"Bulog ketika menyalurkan dalam kegiatan apapun harus dicampur dengan beras dalam negeri. Paling tidak perbandingannya 1:1 agar bisa diterima masyarakat kita," ungkapnya.[detik]

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close