IPW: Serangan Zakiah Aini untuk Buktikan Mabes Polri Bisa Diserang dari Dalam

Neta S Pane 

KONTENISLAM.COM - Indonesia Police Watch (IPW) bicara soal aksi Zakiah Aini (25) yang menyerang Mabes Polri pada Rabu (31/3) lalu. Dia menilai teroris menunjukkan teror baru bahwa serangan tidak dilakukan dari luar, tapi dari dalam.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berharap Polri mencermati fenomena tersebut. Lokasi serangan teror di Mabes Polri itu menurutnya terjadi tidak jauh dari ruang kerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Dalam fenomena itu, menurut Neta, 'bos teroris' ingin menunjukkan dua hal kepada publik. Pertama, kelompok teroris kini punya pasukan khusus, pasukan 'Inong baleh'. Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era konflik Aceh, mereka mengedepankan pasukan perempuan atau 'Inong baleh'.

"Kelompok teroris sepertinya meniru apa yang dilakukan GAM, saat para teroris disisir habis oleh Polri, kini mereka menurunkan pasukan perempuan (Inong Baleh). Setelah serangan di gereja di Makassar, pasukan 'Inong baleh' masuk ke jantung Polri dan melakukan serangan yang mengagetkan dari dalam komplek Mabes Polri," kata Neta dalam siaran pers yang diterima detikcom, Sabtu (3/4/2021).
 
Kedua, lanjut Neta, 'bos teroris' ingin menunjukkan bahwa pasukan 'Inong baleh' mereka lebih nekat. Dengan kemampuan seadanya dan tanpa paham 'medan pertempuran', pasukan 'Inong baleh' nekat melakukan serangan dari dalam Mabes Polri.

"Teroris menunjukkan teori baru, serangan tidak dari luar tapi dari dalam. Para teroris ingin menunjukkan ke publik bahwa inilah pertama kali dalam sejarah bahwa Mabes Polri bisa diserang teroris dari dalam. Para teroris ingin menunjukkan betapa lemahnya sistem keamanan Mabes Polri di era Kapolri Sigit. Di saat Polri sedang sibuk melakukan penggerebekan ke sarang teroris di berbagai tempat justru markas besarnya malah kebobolan dari dalam," ujarnya.

Menurut Neta, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri masih dalam tingkatan peringatan atau uji coba bahwa akan ada serangan besar yang akan dilakukan 'bos teroris'. Untuk itu, menurutnya, Polri harus segera mencari dan menangkap 'bos teroris' itu. Menurutnya, bagaimanapun, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri, pasti ada pihak yang mengendalikan dan tidak mungkin pelaku bekerja sendiri.

"Dalam kasus serangan di Mabes Polri, pihak kepolisian perlu menjelaskan, apa jenis senjata yang digunakan pelaku, benarkah Air Soft Gun? Benarkah pelaku berhasil melepaskan enam tembakan? Bagaimana senjata itu bisa masuk ke dalam Mabes Polri? Dengan siapa pelaku bertemu di dalam Mabes Polri sehingga pelaku bisa mendapatkan senjata dan melakukan serangan dari dalam?" ujarnya.

"Melihat mulusnya strategi serangan di Mabes Polri ini bukan mustahil kelompok teror ini sedang menyiapkan serangan baru yang lebih besar. Inilah yang perlu diantisipasi semua pihak agar rencana serangan itu bisa dipatahkan. IPW menilai serangan ini tak terlepas dari dendam kesumat kelompok teror terhadap kasus penembakan di Km 50 tol Cikampek yang hingga kini belum selesai penanganannya," sambungnya.
 
Neta berpandangan serangan teroris dari dalam Mabes Polri ini adalah pukulan telak bagi Polri. namun dia menyoroti, kenapa hingga kini belum ada pihak di Polri yang ditindak sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kecerobohan hingga teroris bisa masuk ke Mabes Polri.

"Serangan teroris dari dalam Mabes Polri adalah pukulan telak yang sangat memalukan bagi jajaran kepolisian. Tapi anehnya hingga kini tidak ada tindakan tegas dari Mabes Polri tentang siapa pejabat kepolisian yang bertanggung jawab terhadap kebobolan itu," ujarnya.

Neta menyebut bisa lolosnya teroris ke Mabes Polri tidak terlepas dari kecerobohan jajaran kepolisian dalam menjaga sistem keamanan.

"IPW melihat sistem keamanan yang dibangun di Mabes Polri sebenarnya sudah cukup baik. Tapi konsistensi dalam menerapkan protokol keamanan itu yang tidak ada dan petugas penjaga cenderung ceroboh. Sehingga teroris terbiarkan masuk dan melakukan serangan dari dalam," ucapnya.

"Apa yang terjadi di Mabes Polri itu adalah pukulan telak buat kapolri Sigit yang baru menjabat. Di saat Sigit sibuk konsolidasi ke berbagai eksternal kepolisian, markas besarnya justru kebobolan diserang teroris dari dalam. Ironisnya hingga kini tidak ada tindakan tegas yang dilakukan Kapolri terhadap bobolnya sistem keamanan Mabes Polri itu. Terbukti hingga kini tidak ada satu pun aparaturnya yang ditindak. Siapa pejabat Polri yang harus bertanggungjawab atas bobolnya sistem keamanan Mabes Polri itu pun menjadi tidak jelas. Seolah kebobolan Markas Besar Polri itu dari serangan teroris adalah hal biasa saja," sambungnya panjang lebar.

Padahal, lanjut Neta, dengan terjadinya serangan teroris di Mabes Polri, ini akan membuat publik krisis kepercayaan terhadap Polri. Publik akan bertanya, bagaimana polisi bisa menjaga dan melindungi masyarakat dari serangan teroris jika markas besarnya saja diserang dari dalam?

"Sebab, itu Polri perlu mengkonsolidasikan diri dan menindak aparaturnya yang ceroboh agar kepercayaan publik tetap terbangun pada Polri," kata Neta.[detik]

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close