KONTENISLAM.COM - Anggota DPR RI Fadli Zon kembali memberikan komentar soal aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI usai beri kritikan pada Presiden Joko Widodo.
Diketahui BEM UI membuat meme foto Jokowi dengan julukan 'The King of Lip Service' yang kemudian ramai diperbincangkan publik.
Menanggapi kritikan tersebut, Jokowi lalu buka suara dan menyinggung soal tata krama dalam keterangan resminya itu.
"Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi," kata Jokowi dalam keterangan resminya dikutip Galamedia, Rabu, 30 Juni 2021.
"Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan," tegasnya.
Hal itu juga kemudian memancing komentar Fadli Zon yang kembali membela aksi BEM UI tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan BEM UI itu merupakan wujud pembelaan keadilan.
"Mahasiswa itu agen perubahan ya harus berpolitik. Politiknya untuk bela kebenaran, kejujuran dan keadilan," kata Fadli dikutip galajabar dari tayangan YouTube tvOne, Rabu, 30 Mei 2021.
Tak hanya itu, menurut pendapatnya kritikan yang disampaikan BEM UI pada Presiden Jokowi itu masih tergolong sopan.
"Kalau dalam hal ini dikatakan The King of Lip Service menurut saya masih sopan sekali," tambahnya.
Oleh karena itu, Fadli merasa heran mengapa pihak rektorat UI yang bereaksi.
"Yang mengherankan adalah kenapa responnya justru dari pimpinan UI sendiri, rektorat," kata Fadli Zon.
Anggota DPR ini pun bercerita saat dulu dia menjadi mahasiswa UI biasanya kritikan ditanggapi langsung oleh pemerintah bukan pihak kampus.
"Biasanya di masa lalu yang menjawab kritik itu pemerintah bukan civitas akademikanya," ujarnya
"Biasanya civitas akademika melindungi mahasiswa," tandasnya.
Setelah kritikan BEM UI ini ramai diperbincangkan, tak lama pihak rektorat memanggil pengurus BEM UI untuk klarifikasi.
Berdasarkan keterangan Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra, pihak rektorat sempat meminta unggahan kritik tersebut dihapus namun mereka menolaknya.***[pikiran-rakyat]
