KONTENISLAM.COM - Forum Komunikasi Eks Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan Ristek meminta Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN Laksana Tri Handoko tidak one man show dalam memimpin seluruh lembaga riset dan inovasi.
"Mulailah komunikasi dibuka. Jangan one man show. Ada lah suatu empati bagi rekan-rekan di bawah dan peneliti non-PNS juga, misal di Eijkman," kata mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot S. Wisnubroto, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 5 Januari 2022.
Forum ini beranggotakan sejumlah peneliti senior hingga mantan pimpinan LPNK yang saat ini dilebur ke BRIN, seperti LIPI, BATAN, LAPAN, BPPT, Eijkman, dan Kementerian Ristek.
Djarot menuturkan gaya kepemimpinan Laksana yang one man show membuat kerja tim tidak dapat terbentuk dan sering kali keputusannya mendadak.
Salah satunya pemberhentian ribuan pegawai non-PNS, seperti di Eijkman dan BATAN.
Juga para peneliti yang belum mendapat penempatan kerja sejak LPNK dilebur ke BRIN.
"Mungkin dari sudut pandang memetakan 12 ribu karyawan memang tidak mudah. Tapi mestinya kalau didiskusikan banyak pihak, termasuk kami, itu bisa cepat dilakukan," ujarnya.
Keputusan mendadak lainnya adalah rencana penutupan permanen reaktor nuklir di Bandung.
Djarot mengungkapkan rencana tersebut dilontarkan tanpa adanya studi yang laik dan didiskusikan dengan para ahli nuklir itu sendiri.
Djarot berharap ada perbaikan proses bisnis dalam integrasi ke BRIN agar tidak mengorbankan program yang sudah ada.
Juga tidak mengorbankan ribuan tenaga honorer yang sudah bekerja sekian lama dan memiliki banyak tanggungan.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Carunia Firdausy, juga meminta agar Laksana tidak one man show.
Ia meminta agar Kepala BRIN mengajak para peneliti untuk berdiskusi dan berkompromi.
â€Å“Kami ini kan bukan lembaga yang pokoknya atau pokoke. ‘Pokoknya do what I say’, enggak gitu. Kita harus ngobrol, kompromi,†kata Carunia. [/tmp]