KONTENISLAM.COM - Profesor Henry Subiakto menjelaskan soal unsur penodaan agama dalam konteks cuitan Ferdinand Hutahaean soal Allahmu lemah.
Prof Henry belum mau buru-buru menyimpulkan apa yang dikicaukan Ferdinand itu adalah penodaan agama.
Prof Henry menegaskan untuk menyatakan seseorang menodai agama itu harus berdasarkan teks pasal penodaan agama, bukan atas dasar perasaan atau persepsi orang per orang, bahkan juga bukan pula berdasarkan persepsi banyak orang.
Dia menjelaskan pasal penodaan agama jelas diatur dalam pasal 156a KUHP. Pasal ini memang mengatur larangan orang untuk menodai agama.
Baca Unsur Penodaan Agama
Nah Prof Henry mengatakan kalau dibaca detail pasal tersebut, larangan yang dimaksud adalah unsur perbuatan atau ucapan memusuhi agama tertentu, menyalahgunakan agama dan atau unsur menghuat suatu agama.
"Itu yang harus dibuktikan secara objektif. Bukan ngikuti perasaan mereka yang mudah marah," jelas Prof Henry dalam cuitannya, Jumat 7 Januari 2022.
Dia menjelaskan norma penodaan agama itu banyak unsur yang harus terpenuhi dan terbukti.
Tak asal pernyataan menyinggung mereka yang sensitif lalu hukum harus mengikutinya.
Nah Prof Henry menunjukkan 5 unsur perbuatan yang disebut penodaan agama berdasar pasal 156a KUHP.
Unsur penodaan agama yaitu sengaja; di muka umum; menceritakan; menganjurkan dan mengusahakan dukungan umum penafsiran agama; dan kegiatan yang menyerupai agama-agama yang di anut di Indonesia; bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan agama; dimaksudkan agar orang tidak menganut agama apapun.
"Tanpa memenuhi unsur-unsur ini, mereka bukan penodaan agama," tegas Prof Henry.
Prof Henry berkeyakinan pula orang bicara SARA pun tak identik dengan perbuatan pidana.
"Tapi sebaiknya opini yang sengaja menyinggung perasaan orang, lebih baik dihindari, karena lebih banyak mudzarot dan tidak etis. Orang boleh kritis tapi tetap menjaga etika supaya menghindari masalah," kata dia. [hops]
