Oleh: Ruby Kay
Paus memang bertahta di Vatikan, namun Negara paling Katholik di Eropa sejatinya bukan Italia, tapi Irlandia.
Pasca perang dunia ke-2, Negara asal personil Boyzone dan West Life itu
tercatat pernah menjadi Negara eksportir penginjil terbesar. Walaupun
kini menjadi Negara sekuler, Katholik tetap menjadi identitas yang
dijunjung tinggi oleh warga disana.
Namun sebuah kota pelabuhan di Irlandia yang bernama Drogheda
malah menjadikan bintang bulan sabit sebagai icon kota. Lambang yang
identik dengan Islam justru menjadi kebanggaan warga kota Drogheda.
Bahkan logo tim sepakbolanya juga disematkan bintang bulan sabit.
Kok bisa? Kenapa bukan salib?
Semua berawal dari wabah kelaparan besar (the great famine)
yang melanda Eropa pada tahun 1847. Paling parah terjadi di Irlandia.
Gagal panen kentang selama 7 tahun berturut-turut sukses mengurangi
populasi penduduk Irlandia hingga 20%.
Saat Eropa tengah dilanda paceklik, Turki Ustmani malah surplus bahan pangan. Di Irlandia jutaan orang kelaparan, sedangkan di Istanbul kelebihan makanan. Sultan Abdulmejid I
pertama kali mendengar wabah kelaparan itu dari dokter gigi pribadinya
yang berasal dari Irlandia. Tanpa banyak basa-basi, sultan menawarkan
donasi £10.000 (saat ini sekitar USD 1.3 juta) untuk menanggulangi wabah
kelaparan di Irlandia.
Donasi sang sultan
ternyata tak dibolehkan oleh ratu Victoria. FYI, Irlandia saat itu masih
menjadi koloni Britania Raya. Ratu Victoria hanya menyumbang £2.000,
donasi sultan Ottoman Turki tak boleh melebihi bantuan sang Ratu. Dengan
berat hati, Abdulmejid I mengurangi bantuannya menjadi £1.000 saja.
Namun,
sultan penguasa Ottoman Turki itu ternyata diam-diam tetap mengirimkan
bantuan makanan dan obat-obatan untuk rakyat Irlandia yang sedang
kelaparan. Beberapa kapal dengan muatan penuh segera berlayar menuju
Irlandia. Rencana awal mau bersandar di pelabuhan Dublin. Tapi angkatan
laut kerajaan Britania Raya tak membolehkan kapal asing berlabuh di
dermaga mereka. Mau tak mau kapal bantuan dari Turki mesti menuju ke
utara Irlandia, berlabuh di Drogheda.
Di pelabuhan Drogheda itulah
Sastrawan ternama Irlandia, James Joyce, bahkan menyebut bantuan Turki itu dalam novelnya yang sempat menjadi best seller, Ulysses.
"Bahkan
Grand Turk mengirimi kami piasternya," kata salah satu karakter dalam
novel itu. Sebuah kritik atas kurangnya bantuan dari kerajaan Inggris
saat wabah kelaparan terjadi.
Momen itulah yang
diingat rakyat Irlandia sampai sekarang. Mereka tak menyangka bahwa
saat dilanda kesulitan, bantuan justru datang dari Kekhalifahan Islam
yang pernah jadi musuh bebuyutan saat berkecamuk Perang Salib.
Hubungan bilateral Irlandia - Turki pun hingga saat ini terjalin
mesra. Bahkan policy luar negeri kedua Negara bisa dibilang serupa.
Turki mengutuk kekerasan militer Israel terhadap rakyat Palestina. Dan
satu-satunya Negara Uni Eropa yang berani bersuara lantang menentang
aneksasi Israel atas tanah Palestina adalah Irlandia.
Begitulah
legacy kedermawanan sultan Abdulmejid I yang berimplikasi hingga saat
ini. Sikap filantropi yang ditunjukkannya benar-benar membekas dihati
ummat Katholik Irlandia, khususnya warga kota Drogheda.
*Simak videonya lebih jelas...