Militer Tiongkok Agresif dan Berbahaya, BRIN: Ada Lonjakan Kekuatan Dibandingkan Sebelumnya

Militer Tiongkok Agresif dan Berbahaya, BRIN: Ada Lonjakan Kekuatan Dibandingkan Sebelumnya 

KONTENISLAM.COM - Kekuatan Tiongkok di kawasan Indo Pasifik semakin berkembang.

Militer Tiongkok semakin agresif dan berbahaya dalam lima tahun belakangan ini.

Keterangan ini disampaikan Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Mark Milley dalam lawatannya ke kawasan Indo Pasifik, termasuk Indonesia, pada hari Minggu lalu.

Dia mencatat terjadinya sejumlah pencegatan yang dilakukan jet tempur dan kapal perang Tiongkok di kawasan Indo Pasifik ketika kehadiran militer Amerika dan sekutunya di kawasan itu.

Pernyataan Mark Milley ini diamini Pengamat Pertahanan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Haripin.

Dia membenarkan semakin berkembang pesatnya kekuatan Tiongkok di kawasan Indo Pasifik semakin berkembang. Termasuk Laut Tiongkok Selatan.

Kekuatan militer Tiongkok mengalami lonjakan dari sisi postur, penempatan pasukan, dan kemampuan alutsistanya dibandingkan sebelumnya.

Kapal patroli dan nelayan Tiongkok hanya memancing reaksi negara-negara tetangga pada 1990-an. Berbeda dengan di awal 2000-an, kapal angkatan laut Tiongkok makin berani hadir di Laut Tiongkok Selatan.

Muhammad Haripin memahami kekhawatiran Amerika Serikat ketika Tiongkok berhasil membangun pangkalan militer di luar wilayahnya seperti di Afrika.

Ini karena Tiongkok telah mempunyai kemampuan ekonomi, politik, dan diplomasi untuk bisa mengajak negara lain bekerjasama.

Selain itu Tiongkok sudah mempunyai teknologi pembangunan kapal induk dan pangkalan militer sendiri sehingga membuat militernya dapat memperluas daya jelajah mereka.

Kedua hal ini sebelumnya menjadi dominasi Amerika Serikat dan NATO. Terlebih ketika Tiongkok juga akan membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon.

Kebijakan Tiongkok terhadap Taiwan juga makin agresif karena Presiden Taiwan saat ini lebih anti Tiongkok dan secara eksplisit berani menyatakan keinginannya untuk melepaskan diri dari Tiongkok.

Tiongkok juga menawarkan pendekatan ekonomi yang dengan kelebihan dan kekurangannya yang banyak diterima negara lain.

Muhammad Haripin menyebutkan saat ini tengah terjadi perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Indo Pasifik.

Contoh paling nyata tampak dengan polarasi di dalam ASEAN. Ada negara yang condong ke Beijing, ada yang netral, atau secara terang-terangan memihak pada Amerika Serikat.

Namun situasi ini dinamis dan fluktuatif. Tiga negara ASEAN yang pro Tiongkok adalah Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Indonesia dinilai masih netral karena sangat terbuka dengan bantuan atau kerjasama ekonomi dengan Tiongkok tetapi untuk sisi pertahanan lebih terbuka kepada Amerika Serikat.

Muhammad Haripin menegaskan Indonesia sebagai negara berdaulat yang menjunjung aturan hukum internasional harus senantiasa meminta Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menghormati hukum internasional.

"Saya pikir Tiongkok akan berusaha memaksimalisasi negara-negara yang memang bersikap ramah ke Beijing dan akan berusaha merayu atau menarik perhatian negara-negara yang masih berada di titik netral atau masih memiliki hubungan yang terbatas dengan Tiongkok,” ucapnya seperti dikutip dari VOA pekan ini.

”Di sisi lain Tiongkok akan terus menunjukkan ketegasannya di level internasional. Misalkan dalam isu Laut Tiongkok Selatan atau isu Taiwan,” pungkas Muhammad Haripin. [poskota]

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close