KONTENISLAM.COM - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menjadi sorotan lantaran keluar ruang pemeriksaan dengan memakai penyangga leher medis usai diperiksa kembali sebagai tersangka atas kasus dugaan penistaan agama foto editan Patung Buddha mirip Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penyangga leher yang dipakai Roy Suryo itu menjadi sorotan warganet di media sosial Twitter. Salah satu warganet menyoroti soal fungsi dari penyangga leher itu.
Akun Twitter dengan nama @Maya83206301 mengherankan soal Roy Suryo yang memakai penyangga leher medis.
"Gaeezz ...mau tanya ..? Bukankah pejangga leher (Cervical Collar) fungsinya dipasang apbl terjadi trauma akibat kecelakaan ..?," ucap akun tersebut melalui akun Twitter pribadi miliknya, Sabtu (30/7).
Kemudian, akun tersebut juga membandingkan foto Roy Suryo dengan foto penelusuran di Google yang menjelaskan soal kegunaan penyangga leher.
"Kenapa yg dibawah ini memakainya saat panggilan ke 2 oleh aparat Kepolisian ..? Maksudnya apa yaa?," imbuh akun tersebut.
Sementara itu, diketahui bahwa Roy Suryo didampingi penasihat hukum datang ke Polda Metro Jaya pada Kamis (28/7) pukul 10.00 WIB.
Penasihat Hukum Roy Suryo Pitra Romadoni mengatakan bahwa Roy Suryo sudah tiba sejak pukul 10.00 WIB.
"Iya (Pak Roy Suryo) sudah datang sekitar pukul 10-an," ujar Pitra Romadoni.
Pitra Romadoni menegaskan bahwa Roy Suryo tetap hadir meski kondisi kesehatannya belum pulih. Terlebih lagi Roy Suryo juga sempat cek kesehatan sebelum menuju ke Polda.
"Kondisi (Roy Suryo) nanti kita dengarkan dari Dokkes Polda Metro Jaya. Beliau cek kesehatan dulu tadi ke rumah sakit karena tahulah kondisi kesehatan beliau lagi kurang baik," tutur Pitra Romadoni.
Sebagai informasi, sebelumnya Roy Suryo menjalani 12 jam pemeriksaan pada Jumat (22/7) sebagai tersangka di Direktorat Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.
Roy Suryo baru keluar sekitar pukul 22.20 WIB dengan kondisi lemas dan mendapat pertolongan menggunakan kursi roda saat menuju dalam mobilnya.
Roy Suryo dilaporkan ke Bareskrim Polri terkait ujaran kebencian terkait Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) oleh perwakilan umat Buddha.[wartaekonomi]
