KONTENISLAM.COM - Akademisi Cross Culture Ali Syarief menyinggung mengenai pembunuhan Brigadir J dan peristiwa KM50, yang dinilai sebagai potret nyata penyimpangan akhlak polisi.
Polisi seharusnya menjadi pembina masyarakat dan melindunginya, namun yang terjadi pada kasus Brigadir J serta KM50 belum seperti itu hingga sekarang.
Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan rekannya Bharada E, karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Namun kasus tersebut masih menjadi misteri, karena sekarang yang diusut polri adalah mengenai pelecehan seksual, belum pembunuhannya.
Sedangkan peristiwa KM50 adalah penembakan yang dilakukan oleh anggota Polda Matro Jaya kepada enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI).
Dan yang diusut terlebih dahulu bukan tentang pembunuhannya, namun mengenai perlawanan laskar FPI terhadap polisi dan kepemilikan senjata api.
"Perisitwa KM50 dan Pembunuhan Birgadir J, adalah potret nyata Ahklaq Polisi yg menyimpang dari Nurture-nya," ucap Ali yang dikutip dari Twitter @alisyarief, Kamis (21/7).
Seharusnya penegak hukum serta pengayom masyarakat melindungi dan membina, dan ini harus menjadi ruh keja dalam kepolisian, agar terdapat perasaan aman.
"Penegak Hukum dan Pengayom Masyarakat, sudah tepat. Ia harus menjadi Ruh kerja Kepolisian. Harus dikikis habis watak pembunuhnya," pungkasnya.
Perisitwa KM50 dan Pembunuhan Birgadir J, adalah potret nyata Ahklaq Polisi yg menyimpang dari Nurture-nya.[wartaekonomi]
