KONTENISLAM.COM - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyoroti soal pernyataan dari Komisioner Komnas HAM Choirul Anam yang menyampaikan sejumlah fakta terbaru seputar pemeriksaan CCTV terkait kasus penembakan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
Hal itu ditanggapi Refly Harun melalui video di akun YouTube pribadi miliknya. Dalam video tersebut, Refly Harun mengatakan bahwa ada perkembangan menarik dari peristiwa yang menewaskan Brigadir J.
Refly Harun menyebut bahwa dari ditemukannya perkembangan terbaru, yakni soal CCTV, setidaknya membuat peristiwa tersebut segera terang menderang.
"Ada perkembangan menarik soal yang terkait dengan fakta-fakta yang sudah berhasil dikumpulkan. Paling tidak melalui fakta ini ya kita bisa lebih mendekati konstruksi kasus yang sebenarnya," ucap Refly Harun melalui akun YouTube pribadi miliknya pada Jumat (29/7).
Lanjut, Refly Harun juga sempat membahas soal tingkat kepercayaan publik pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kalau kita lihat misalnya kepercayaan atau tingkat kepercayaan ke Komnas HAM ya memang kecil sekali ya. 90 persen orang tidak percaya dengan Komnas HAM. Itu masalahnya," ungkap Refly Harun.
Kemudian, Refly Harun menuturkan bahwa mau bagaimanapun, Komnas HAM tetap menjadi institusi negara yang memiliki kewenangan dalam ikut menindaklanjuti peristiwa polisi tembak polisi.
"Tapi ya mau di gimana lagi dia adalah institusi negara yang memiliki tugas dan tanggung jawab di bidang ini. Bidang penegakan hukum, perlindungan HAM, hal-hal yang terkait dengan to protect melindungi, to fulfill memenuhi, to respect menghormati," tutur Refly Harun.
Sementara itu, Refly Harun juga membuat jajak pendapat atau polling di akun YouTube pribadi miliknya yang berkaitan dengan peristiwa polisi tembak polisi.
Refly Harun mengungkapkan hasil dari polling dengan topik kepercayaan pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yakni ada sebanyak 91 persen pilihan publik yang tidak memberikan kepercayaannya pada Komnas HAM.
"Sangat yakin dan yakin hanya sembilan persen, tidak yakin 61 persen, sangat tidak yakin 30 persen. Jadi jika ditotal ada 91 persen itu mayoritas sekali," ungkap Refly Harun.[wartaekonomi]
