KONTENISLAM.COM - Waktu Shubuh Kemenag sudah benar.. tidak perlu diperpanjang
Ini hasil riset Kepala Lapan (sekarang dilebur BRIN), orang yang paling tahu tentang pergerakan planet dan langit di Indonesia.
______
Posted on 4 Agustus 2022
Lagi, Pengamatan di Timau Membuktikan Jadwal Shalat Shubuh Sudah Benar
Oleh: Thomas Djamaluddin
Profesor Riset Astronomi Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, BRIN
Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah, Kemenag
Masalah
waktu shalat shubuh masih jadi kebingungan masyarakat karena adanya
pendapat yang menyatakan bahwa jadwal shalat shubuh dianggap terlalu
awal.
-
Pada awal 2000-an ada kelompok Qiblati yang menganggap waktu shubuh
terlalu awal dari sudut pandang dalil. Mereka beranggapan mestinya
fajarnya lebih terang lagi.
-
Kemudian sekitar 2017 peneliti dari Uhamka mengemukan data bahwa waktu
shubuh mestinya lebih siang berdasarkan data SQM (Sky Quality Meter).
- Pada 2021 Muhammadiyah mengubah jadwal waktu shalat shubunya mundur 8 menit. Benarkah waktu shubuh terlalu awal?
Sejak 2010 saya sudah menjelaskan bahwa dari segi dalil syar’i maupun logika astronomi, jadwal shalat oleh Kementerian Agama sudah benar.
Kemudian dijelaskan pula potensi polusi cahaya mengganggu data SQM oleh Tim Uhamka yang menyimpulkan waktu shubuh lebih siang.
Untuk
menguji kebenaran waktu shubuh, Tim Kementerian Agama melakukan
pengukuran di Labuan Bajo dan menyimpulkan bahwa waktu shubuh sudah
benar. Fajar sudah muncul pada saat posisi matahari -20 derajat.
Bukti
lebih meyakinkan disajikan dari pengukuran awal fajar dari berbagai
tempat oleh mahasiswa program doktor UIN Semarang yang saya bimbing.
Disertasinya tentang pengaruh polusi cahaya pada pengukuran awal fajar.
Bukti paling nyata ditunjukkan dengan membandingkan data dari Banyuwangi
yang minim polusi cahaya dan dari Semarang yang terpolusi cahaya.
Semuanya menunjukkan bahwa pada posisi matahari -20 derajat fajar shadiq
telah muncul. Jadi, jadwal shalat dari Kementerian Agama sudah benar
Riset Terbaru 28 – 29 Juli 2022
Untuk
lebih memberikan keyakinan publik, Kementerian Agama bekerjasama dengan
Pusat Riset Antariksa BRIN pada 28 – 29 Juli 2022 melakukan pengamatan
di kawasan Observatorium Nasional Timau di Kupang.
Langit
Timau sangat cerah pada musim kemarau dan masih sangat gelap. Jauh dari
polusi cahaya. Tim melakukan pengukuran dengan menggunakan empat alat
utama, yaitu dua SQM dan dua kamera perekam citra ufuk timur.
Langit Timau sangat gelap, jauh dari polusi cahaya, sehingga galaksi Bimasakti terlihat dengan jelas.
Pada
citra pukul 04.42 dan 04.38 WITa di bawah ini ada planet Venus yang
cukup terang. Posisi Venus (Bintang Timur) bisa menunjukkan posisi
ekliptika (posisi di langit tempat matahari dan planet-planet). Pada
kedua citra tersebut terlihat fajar kadzib (cahaya zodiak) menjulang di
sepanjang ekliptika, yaitu dari posisi Venus (bintang terang di sela
pepohonan) ke arah kiri atas.
Pada
citra pukul 04.42 WITa atau posisi matahari -19 derajat ternyata di
ufuk timur sudah terlihat cahaya merah. Artinya, pada posisi matahari
-18 seperti jadwal shalat yang digunakan Muhammadiyah, fajar merah akan
semakin terang. Jadwal shubuh pada posisi -18 terbukti sudah terlalu
siang.
Bagaimana dengan citra
sebelumnya? Ternyata pada pukul 04.38 belum ada cahaya merah tersebut.
Diduga fajar shadiq (fajar penentu awal shubuh) sudah muncul dengan
cahaya putih yang membentang di ufuk timur pada pukul 04.38 WITa atau
posisi matahari -20 derajat. Namun karena di ufuk timur banyak
pepohonan, munculnya fajar yang cahaya putih tersebut tidak teramati
dengan jelas.
Pada
posisi matahari -19, di ufuk timur sudah terlihat fajar berwarna merah
di sela-sela pepohonan. Garis menunjukkan ketinggian Venus 3,2 derajat
Pada
pukul 04.38 WITa posisi matahari -20 derajat. Diduga saat itu sudah ada
fajar di ufuk, namun sebagian besar terganggu oleh pepohonan.
Untuk memastikan kemunculan
fajar shadiq, data SQM (gambar di bawah) memberikan informasi yang
sangat akurat. Waktu pengamatan sudah dinyatakan dengan posisi matahari.
Pada saat setting peralatan, data masih berfluktuasi karena pergeseran
alat (data menaik karena alat tertutup atau tergeser ke arah yang lebih
gelap) dan gangguan cahaya sekitar (data menurun karena ada lampu hp
yang menyala). Setelah itu kurva cahaya menurun secara lambat. Itulah
ciri cahaya fajar kadzib atau cahaya zodiak. Penurunan akibat cahaya
fajar kadzib bisa dinyatakan dengan fungsi liner.
Fajar shadiq atau fajar astronomi dicirikan dengan kemunculan cahaya yang makin terang dengan cepat.
Di
kurva cahaya, kemunculan fajar shadiq dicirikan dengan mulai menurunkan
kurva meninggalkan fungsi linier. Itu terjadi pada posisi matahari -20
derajat.
Jadi, data pengukuran dari kawasan Obsrvatorium Nasional Timau, sekali lagi membuktikan jadwal shalat shubuh dari Kemenag sudah benar.
*Sumber: https://tdjamaluddin.wordpress.com/2022/08/04/lagi-pengamatan-di-timau-membuktikan-jadwal-shalat-shubuh-sudah-benar/