KONTENISLAM.COM - Akademisi Cross Culture Ali Syarief menyoroti pernyataan dari Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang menyebutkan bahwa logika publik termasuk cerdas dalam menanggapi kasus tewasnya Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Hal tersebut ditanggapi Ali Syarief melalui akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Ali Syarief menyenggol soal logika dari para penguasa.
Ali Syarief mengungkapkan bahwa pemikiran logis yang dimiliki publik itu bahkan memang lebih cerdas dan tak sebanding dengan logika para penguasa.
"Sunatullah, Logika publik itu memang lebih cerdas dp para penguasa," ungkap Ali Syarief melalui akun Twitter pribadi miliknya, dikutip Kamis (4/8).
Sebelumnya, Mahfud MD dalam akun Twitternya menyinggung soal pernyataan yang disampaikan pengacara keluarga Brigadir J yakni Kamaruddin Simanjuntak.
Mahfud MD juga mengatakan bahwa pernyataan tersebut seakan masuk logika di tengah berseliweran kabar terkait peristiwa yang menewaskan Brigadir J.
"Polemik di media ttg tragedi tewasnya Brigadir J menegangkan. Tapi di sela ketegangan tersungging jg senyum kecut saat Pengacara Keluarga Birigadir J bilang, 'Kemarin katanya CCTV disambar petir, sekarang bilang CCTV ada. Seharusnya petirnya diperiksa juga'," ungkap Mahfud MD
Mahfud MD menyebutkan bahwa soal logika tersebut termasuk cerdas.
"Logika publik cerdas," ucap Mahfud MD.
Terkait CCTV dalam peristiwa yang menewaskan Brigadir J, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menegaskan bahwa pihaknya menerima rekaman CCTV pada tanggal 8 Juli 2022.
Ahmad Taufan juga kerap menantang pengacara Brigadir J yang tidak percaya dengan keterangan CCTV.
Menurut Ahmad Taufan, lontaran pertanyaan dari pengacara Brigadir J seperti terlihat memojokkan Komnas HAM yang dinilai sangat asal-asalan dalam mengecek bukti dan menerangkan soal kejadian yang ada di CCTV terkait kasus Brigadir J.
"Kalau saudara Mansur punya data lain ayo datang ke kantor kami, kita cross check bareng-bareng. Kalau tidak percaya ya silakan, apa yang kami katakan itu berdasarkan apa yang kami ambil," ujar Ahmad Taufan.
[wartaekonomi]