KONTENISLAM.COM - Ekonom Anthony Budiawan menyoroti keterangan PLN terkait perbandingan biaya antara pemakaian kompor listrik dan LPG yang digunakan masyarakat.
Saat ini, harga keekonomian LPG sebelum disubsidi Rp13.500 per kg, sedangkan setelah disubsidi menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rp7.000 per kg.
"Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp 6.500," ucap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.
Melansir dari Detik, I kg LPG setara dengan 7 kWh listrik, biaya 7 kWh listrik sekitar Rp10.250, sedangkan 1 kg LPG harga keekonomiannya Rp13.500.
Anthony Budiawan mempertanyakan penghitungan PLN, jika LPG tidak disubsidi maka pemakaiannya akan lebih mahal Rp 3.250 dibandingkan kompor listrik.
"Pemerintah gencar sosialisasi migrasi kompor LPG ke kompor listrik. Katanya, kalau LPG tidak disubsidi," ucapnya yang dikutip dari Twitter @AnthonyBudiawan, Rabu (21/9).
"Biaya energi kompor listrik lebih murah dari kompor LPG: Rp10.250 versus Rp13.500, untuk 7 jam pemakaian. Apakah pernyataan PLN ini benar?" tambahnya.
Berdasarkan Flogas, 1 liter LPG yaitu sekitar 7 kWh, yang berarti 1 kg LPG sama dengan 14 kWh, maka pernyataan PLN bahwa biaya pemakaian kompor listrik lebih murah perlu diklarifikasi.
"Menurut PLN: 1 KG LPG = 7 kWh listrik: konversi ini tidak benar! Menurut http://flogas.co.uk, 1 LITER LPG = 7 kWh," ucap Anthony.
"Dan 1 KG LPG = 14 kWh, karena 1 KG LPG = 1,969 liter: sehingga, biaya 7 jam pemakaian LPG lebih murah dari listrik: Rp6.750 VS Rp10.250? Mohon PLN klarifikas," pungkasnya.
Menurut PLN: 1 KG LPG = 7 kWh listrik: konversi ini tidak benar! Menurut https://t.co/s5Gz9ZbM4O, 1 LITER LPG = 7 kWh, dan 1 KG LPG = 14 kWh, karena 1 KG LPG = 1,969 liter: sehingga, biaya 7 jam pemakaian LPG lebih murah dari listrik: Rp6.750 VS Rp10.250? Mohon PLN klarifikasi. pic.twitter.com/LDo8ocjE9p
— Anthony Budiawan (@AnthonyBudiawan) September 20, 2022
Saat ini, harga keekonomian LPG sebelum disubsidi Rp13.500 per kg, sedangkan setelah disubsidi menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rp7.000 per kg.
"Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp 6.500," ucap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.
Melansir dari Detik, I kg LPG setara dengan 7 kWh listrik, biaya 7 kWh listrik sekitar Rp10.250, sedangkan 1 kg LPG harga keekonomiannya Rp13.500.
Anthony Budiawan mempertanyakan penghitungan PLN, jika LPG tidak disubsidi maka pemakaiannya akan lebih mahal Rp 3.250 dibandingkan kompor listrik.
"Pemerintah gencar sosialisasi migrasi kompor LPG ke kompor listrik. Katanya, kalau LPG tidak disubsidi," ucapnya yang dikutip dari Twitter @AnthonyBudiawan, Rabu (21/9).
"Biaya energi kompor listrik lebih murah dari kompor LPG: Rp10.250 versus Rp13.500, untuk 7 jam pemakaian. Apakah pernyataan PLN ini benar?" tambahnya.
Berdasarkan Flogas, 1 liter LPG yaitu sekitar 7 kWh, yang berarti 1 kg LPG sama dengan 14 kWh, maka pernyataan PLN bahwa biaya pemakaian kompor listrik lebih murah perlu diklarifikasi.
"Menurut PLN: 1 KG LPG = 7 kWh listrik: konversi ini tidak benar! Menurut http://flogas.co.uk, 1 LITER LPG = 7 kWh," ucap Anthony.
"Dan 1 KG LPG = 14 kWh, karena 1 KG LPG = 1,969 liter: sehingga, biaya 7 jam pemakaian LPG lebih murah dari listrik: Rp6.750 VS Rp10.250? Mohon PLN klarifikas," pungkasnya.
Menurut PLN: 1 KG LPG = 7 kWh listrik: konversi ini tidak benar! Menurut https://t.co/s5Gz9ZbM4O, 1 LITER LPG = 7 kWh, dan 1 KG LPG = 14 kWh, karena 1 KG LPG = 1,969 liter: sehingga, biaya 7 jam pemakaian LPG lebih murah dari listrik: Rp6.750 VS Rp10.250? Mohon PLN klarifikasi. pic.twitter.com/LDo8ocjE9p
— Anthony Budiawan (@AnthonyBudiawan) September 20, 2022
[wartaekonomi]
