
Hal tersebut ditanggapi Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Said Didu merasa bahwa pernyataan Jokowi tidak sesuai faktanya.
Said Didu menilai, justru yang direkrut itu penjilat dan pemaki.
"Tapi faktanya yg direkrut adalah penjilat dan yg dipelihara adalah pemaki," ungkap Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya, Senin (26/9).
Sementara itu, pernyataan Jokowi disampaikan dalam pembukaan kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-2 Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) di gedung Tzu Chi School, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Sabtu (24/9).
"Kita butuh SDM yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan, tetapi juga berintegritas, bekerja keras, bergotong-royong, berlandaskan Pancasila," tutur Jokowi, dalam sambutan secara daring.
Kemudian, Jokowi meminta supaya lembaga-lembaga pendidikan menjadi bagian penting dari revolusi mental. Sejak dini kata dia, anak Indonesia harus berlatih untuk saling peduli, bekerja sama, dan bergotong-royong.
"Gotong royong lintas agama yang berbeda adalah kekuatan negara kita Indonesia yang dikagumi masyarakat dunia. Itulah pilar utama bagi bangsa Indonesia, pilar utama bagi kemanusiaan yang adil dan beradab," ujar Jokowi.
Sebagai bagian dari keberadaban, Jokwoi juga meminta jajarannya dan stakeholder terkait bersama-sama mendidik dan memfasilitasi tumbuhnya mental manusia Indonesia yang sesuai Pancasila yang adiluhung dan bersatu serta bergotong-royong lintas pemeluk agama untuk membangun Indonesia. [wartaekonomi]