Anies Baswedan: Pemimpin Harus Punya Integritas, Hadapi Globalisasi Tanamkan Ke-Indonesiaan - KONTEN ISLAM

Anies Baswedan: Pemimpin Harus Punya Integritas, Hadapi Globalisasi Tanamkan Ke-Indonesiaan

 

KONTENISLAM.COM - Selalu tersenyum, itulah ciri  paling mudah diingat pada sosok Anies Baswedan. Pria kelahiran, Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini tidak hanya menorehkan tinta emas sebagai intelektual muda berprestasi dunia tapi juga calon presiden  terkuat di negeri ini menuju Presiden RI 2024.

Berbincang dengan Anies Baswedan memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Aura dan hawa presiden sudah terpancar sejak beberapa tahun lalu. Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Joko Widodo (Jokowi)  ini terkesan sangat sederhana, rendah hati, dan santun.
 
Kerendahan hati seorang Anies ketika penulis mewawancarai beliau beberapa tahun silam. Anies bersedia menunggu 15 menit di ruang sudut perpustakaan di Kementarian Pendidkan dan Kebudayaan.Dia tidak didampingi ajudan layaknya pejabat negara.

Sayangnya, penulis tidak sempat mengintip buku apa yang sedang dibaca Anies. Sikap rendah hati ini sampai sekarang masih dikenang penulis.

Dalam perbincangan itu, Anies menuturkan pemimpin harus punya integritas. Mengajak orang-orang untuk sama-sama memliki mimpi ideal untuk bangsa lalu rela melakukannya secara kolektif, sanggup melepaskan  kepentingan-kepentingan pribadi.

“Salah satu karakter utama seorang pemimpin itu harus mempunyai integritas yang tinggi karena visi itu harus diiringi integritas baru yang dapat dipercaya. Karena orang punya visi tapi tidak punya integritas, orang tidak akan mengikuti.”

Kemudian, lanjut Anies, pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk membuat orang bergerak dan melakukan sesuatu. Dan akhir-akhir ini Indonesia seperti kekurangan  pemimpin seperti itu, sedikit memiliki integritas.

Anies menambahkan pengaruh gelombang ketiga bernama globalisasi  telah mencabut nilai-nilai  akar budaya bangsa yang berdampak orang lebih berpikir pragmatis dan  individualistis, memandang bangsa sendiri dengan kacamata luar.

Pancasila sebagai ideologi bangsa dianggap dari sebagian kalangan sudah tidak relevan lagi dan harus diganti mengikuti perkembangan zaman.  Dan terbukti UUD 1945 sudah beberapa kali di amandemen.  UUD 1945, tidak lagi menjadi pijakan undang-undang negara untuk memakmurkan dan mensejahterkan rakyat tapi  sudah dikuasai  oleh kekuataan oligarki kakuasaan.

Mengenai globalisasi,  Anies menuturkan Indonesia memang bagian dari dunia maka kehadiran globalisasi adalah suatu yang tidak bisa ditolak.

Letak posisi Indonesia yang  secara geografis diuntungkan sebagai jalur perdagangan dunia ditambah dengan potensi alam yang melimpah, Indonesia menjadi incaran dalam pertarungan pasar global. Oleh karena itu  harus disikapi dengan pemikiran-pemikiran yang selalu global.

“Masyarakat harus sudah mulai sadar keberadaan globalisasi  sebagai realitas sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama yang tidak bisa terus menerus dipersalahkan dan tidak satu bangsa pun yang mampu menolak globalisasi dunia ketiga. Kenyataan globalisasi merupakan sebuah peluang untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan umat manusia.”

Saat kita menjadi Indonesia yang keberadaannya meliputi banyak keberagamaan,mulai suku, etnis, maupun kepercayaan. Keberadaan ini juga merupakan suatu yang niscaya. Adanya suku Batak, Bugis, Minang atau Banjar menggambarkan bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia yang tidak terelakkan.

Menurutnya, yang perlu dibangun pertama guna menciptakan sumber daya manusia yang kompetetif yaitu pemahaman akan pentingnya ke-Indonesiaan. Segala sesuatu yang berhubungan tentang Indonesia menjadi ukuran pertama akan kecerdasan bangsa ini melihat persoalan.

Ke-Indonesiaan bisa meliputi pengetahuan tentang subtansi Pancasila, Sumpah Pemuda, kebesaran alam, dan segala tentang Indonesia. Dengan begitu, kehidupan publik untuk menjadi warga lokal yang mampu berpikir global bisa diperhitungkan dunia.

“Meskipun  berasal dari suku yang berbeda akan tetapi kita harus paham tentang ke-Indonesiaan. Bahkan seperti penguasaan bahasa Indonesia sekalipun modal awal untuk mampu berpikir global. Dengan begitu, kita tidak akan dilabeli sebagai warga global yang lari dari identitas kebangsaannya,” tukas pengangum Bung Hatta ini.

Sumber: kba
Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam | Ikuti Kami di Facebook: Berita Indonesia | Flow Twitter Kami: @kontenislam_com

Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam
close