Kisah Aipda Sofyan Dirikan Ponpes Tahfiz, Berdakwah hingga Bina Tunanetra
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Aipda Sofyan Mu'arif ingat betul pesan kiainya, bahwa tidak harus menjadi ustaz atau kiai untuk jadi orang baik. Karena itu, lewat profesinya sebagai anggota Polri, Aipda Sofyan mengabdikan dirinya kepada masyarakat dengan berbagai kegiatan positif, di antaranya dengan mendirikan ponpes, berdakwah, hingga membina tunanetra.
Aipda Sofyan Mu'arif, anggota Polri yang mendirikan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Khodijah Al-Kubro di Pesawaran, Lampung. Selain itu, Aipda Sofyan juga kerap menyampaikan dakwah dari masjid ke masjid hingga membina tunanetra.
Peran aktif Aipda Sofyan di tengah-tengah masyarakat itu membuat dirinya diusulkan sebagai kandidat Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023. Pengusul adalah kakak ipar Aipda Sofyan, Ni Galih Anggraeni.
Anggraeni menyebut Aipda Sofyan adalah polisi yang baik dan aktif di masyarakat. Menurutnya, Aipda Sofyan membuat citra polisi menjadi baik di masyarakat.
"Jadi kayak selama ini kita kan tanggapannya kalau ke polisi itu agak negatif ya, nah jadi pas melihat dia ini, jadi nggak cuma ke keluarga efeknya, ke tetangga, semua, ke lingkungan itu bagus penilaian kepada polisinya. Terus dia juga aktif ke masyarakat," kata Anggraeni kepada detikcom, Kamis (23/2/2023).
Anggraeni menuturkan bahwa Aipda Sofyan awalnya mendirikan rumah tahfiz saat menikahi adiknya. Rumah tahfiz itu kemudian berkembang menjadi pondok pesantren hingga memiliki hampir 60 orang santri.
"Jadi adik saya kayak nampung anak yatim dan duafa gitu, awalnya cuma 3 orang, 3 orang ini supaya dia hafalannya tetap terjaga, jadi diajarin ngaji, hafalan (Al-Qur'an) si anak 3 ini, terus lama-lama berkembang, sampai santri sekarang ada sekitar 60 orang, perempuan semua," tutur dia.
Aipda Sofyan disebut seringkali mengisi ceramah di masjid hingga pengajian di Lampung. Selain itu, Aipda Sofyan juga disebut mengisi tausiah di radio hingga televisi lokal.
"Kadang kayak undangan gitu, kadang agak jauh dia kan Dinas di SPN Polda, kadang ke Lampung Timur, ke Lampung Barat. Suka ngisi (ceramah) di TVRI, RRI juga itu," tuturnya.
Anggraeni menyebut Aipda Sofyan adalah contoh polisi yang bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar. Aipda Sofyan juga disebut pernah menjadi panitia haji pada tahun 2019.
"Yang jelas supel dia ini, jadi bisa ngasih dampak positiflah ya, dia juga aktif. Waktu itu dia kepilih jadi panitia haji, lomba dai Polda itu dia juara, dapat hadiah umrah kalau nggak salah, ikut Kedutaan Arab belajar bahasa Arab," tuturnya.
Guna menggali informasi lebih dalam, detikcom kemudian menghubungi Aipda Sofyan. Saat ini, Aipda Sofyan menjabat sebagai Ps. Pamin Urminto Subbagrenmin Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Lampung.
Awal Berdiri Ponpes Tahfiz
Setelah menikahi istrinya, Aipda Sofyan membangun rumah tahfiz. Salah satu alasan pendirian itu agar hafalan Al-Qur'an sang istri tetap terjaga.
"Awalnya karena punya kewajiban, pesan kiai dulu, karena menikah dengan hafizah, menikah dengan penghafal Qur'an itu harus dijaga dunia akhiratnya, bukan jadi beban, tapi jadi motivasi semangat, karena kesibukan dan lain sebagainya nggak begitu bisa intens untuk nyimak istri, jadi diawali bahkan hanya 2 orang (santri) tadinya," kata Aipda Sofyan kepada detikcom, Kamis (23/2/2023).
Aipda Sofyan merintis rumah tahfiz ini pada tahun 2016. Seiring berjalannya waktu, warga setempat tertarik menitipkan anaknya untuk belajar di rumah tahfiz tersebut.
"Alhamdulillah berjalannya waktu, teman-teman, keluarga, kawan-kawan banyak yang menitipkan putrinya. Bahkan sampai maksimal 10 orang itu, bukan nolak tapi tempatnya udah tidak memadai lagi, karena tanahnya 9 meter, santri 10 orang, saya keluarga 5 orang, jadi 15 orang 1 rumah," tutur dia.
Pada tahun 2019, Aipda Sofyan mendapatkan kesempatan untuk menjadi panitia haji. Selama mendampingi jemaah haji di Mekah dan Madinah sekitar 76 hari itu, Aipda Sofyan mendapatkan honor dari Kementerian Agama. Uang tersebut, kemudian digunakan untuk membangun gedung baru untuk pondok pesantren tahfiz.
"Sepulang dari, alhamdulillah setelah tugas pendampingan, uang dari honor Kementerian Agama, alhamdulillah berkahnya digunakan untuk membeli tanah. Hampir sepertiga atau setengahnya awal untuk membeli tanahnya, kemudian mengawali pembangunan, alhamdulillah," kata Aipda Sofyan.
Saat ini, ada 57 santriawati yang belajar di pondok pesantren tahfiz itu. Mereka berasal dari Lampung hingga Kalimantan. Para santri yang duafa dan anak yatim akan diberikan beasiswa, sementara santri umum dikenakan biaya semampunya orang tua santri.
"Sejak awal memang komitmennya yang penting anak-anak ini sejak awal dulu yang mau, artinya banyak yang terkendala biaya ketika dia mau mondok di pondok pesantren yang representatif, jadi di pondok kita ini anak-anaknya mau, kemudian orang tuanya mendukung, untuk keperluan anak-anak tidak diwajibkan persis, untuk SPP dan lain-lain sekemampuan orang tuanya saja, yang pokok untuk keperluan pribadi anak-anaknya saja," jelasnya.
Awal pendirian pondok pesantren tahfiz ini, Aipda Sofyan menggunakan dana pribadi. Namun hingga saat ini, ada sejumlah pihak yang membantu biaya operasional.
"Awalnya begitu (dana pribadi), lalu kemudian Allah gerakkan hambanya, ada yang bantu, ada yang bantu, alhamdulillah," tuturnya.
Tenaga Pengajar
Aipda Sofyan menyebut ada 5 ustazah dan 2 ustaz yang mengajar pondok pesantren tahfiz ini. Tenaga pengajar termasuk Aipda Sofian dan istri.
"Alhamdulillah, saya ngajar di pondok pengajar kitab, ngajar kitabnya seperti tauhid, fiqih, tajwid. Kalau saya mengambil ngajar malam, untuk anak-anak saya ngajarnya malam. Istri dan ustazah-ustazahnya mereka 24 jam mendampingin," tuturnya.
Aipda Sofyan menyebut ada 4 santri di pondok pesantren tahfiz ini sudah menyelesaikan hafalannya. Mereka kemudian menjadi pengajar di pondok pesantren lainnya.
"Sudah ada yang khatam, ini pondoknya penghafal Qur'an, tahfiz Qur'an, persis yang sudah selesai betul 4 orang, 4 orang ini sudah menikah dan sudah di pondok ikut dengan suaminya, mengajar, seperti itu. Karena sementara ini pondoknya baru putri," jelasnya.
Jadi Polisi Sambil Berdakwah
Sejak kecil, Aipda Sofyan sudah belajar di pondok pesantren. Setelah tamat sekolah, Aipda Sofyan kemudian bergabung menjadi anggota Polri, persisnya pada tahun 2003.
"Sejak SD, karena pondok pesantren dekat rumah, kalau bahasa di pondok itu ada istilah ngalong, kita mondok cuman pulang, belajar di pondok, cuma kita pulang ke rumah karena rumah dekat. Nggak asrama full, sampai tingkat SMA," tutur Sofyan.
Pada awal penempatan, Sofyan bertugas di Polres Lampung Timur. Di sana, Sofyan menjadi pengurus masjid di lingkungan Polres hingga mengajar anak-anak mengaji.
"Mulai dari anak-anak TPA, kalau awal dulu di asrama anak-anak polisi semua yang ngaji, berjalan waktu alhamdulillah diperkenankan oleh Kapolres, anak-anak yang di luar lingkungan asrama, di luar anak-anak polisi beleh masuk untuk ngaji di dalam kantor polisi," sebut Aipda Sofyan.
Setelah itu, Aipda Sofyan mulai penjadi pengganti khatib Jumat yang berhalangan hadir. Hingga kemudian Aipda Sofyan melanjutkan dakwah di lingkungan sekitar.
"Kita juga tergabung dari Kamtibmas Polda itu yang dibentuk oleh Direktorat Binmas Polda yang di dalamnya ada para kiai, ustaz, akademisi dari UIN Badar Lampung, kemudian dari organisasi NU, Muhammadiyah, itu ada Dai Kamtibmas Polda Lampung, di situ kita masih di dalamnya sebagai salah satu pengurus di bidang moderasi beragama dan deradikalisasi. Kita penyuluhan ke pondok pesantren untuk menangkap paham-paham radikal," tutur dia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Aipda Sofyan rutin menjadi khatib salat Jumat dari masjid ke masjid. Kegiatan itu tidak mengganggu aktivitas kedinasannya di SPN Polda Lampung dan telah mendapatkan izin dari atasan.
"Kita terjadwal setiap Jumat-nya dari beberapa masjid yang ada di Bandar Lampung dan Pesawaran. Berikut ke kantor-kantor kita juga, maksudnya di kantor dinas SPN sendiri di Polda, kemudian di Kementerian Agama bahkan di masjid-masjid sekolah," jelasnya.
Selain itu, Aipda Sofyan juga mengisi ceramah pada hari besar Islam. Dia juga biasanya diundang mengisih ceramah di masjid, sekolah, institusi, hingga radio dan televisi lokal.
"Alhamdulillah tidak mengganggu dan kalaupun itu misal bertepatan dengan waktu dinas maka saya minta kepada panitia untuk buat surat secara resmi kepada pimpinan, dan pimpinan juga sudah paham dengan kegiatan kita, dan ketika ada kegiatan seperti itu ada surat resmi dari panitia, maka oleh pimpinan diizinkan, tapi yang menjadi tanggung jawab pekerjaan alhamdulillah itu bisa dilaksanakan," jelasnya.
Berbakti Lewat Polri
Aipda Sofyan mengenang pesan kiai pada saat masih menjadi santri. Pesan itulah yang menjadi motivasi Aipda Sofyan saat menjadi anggota Polri.
"Terngiang nasehat kiai, jadi untuk berbakti untuk orang baik itu nggak harus jadi kiai, nggak harus jadi ustaz, jadi apapun, santri-santri sekalian ini yang penting beriman kepada Allah, kemudian bisa menjadi sebab kebaikan, dalam konteks luas artinya apapun potinsi yang ada dalam diri bisa digunakan untuk mengajak kebaikan, menjadi sebab kebaikan-kebaikan," tutur dia.
"Yang jelas ini salah satu jalan untuk mengabdi, baik kepada Allah, kepada negeri, kepada sesama dan seterusnya," imbuhnya.
Membina Kelompok Tunanetra
Selain itu, Aipda Sofyan bersama teman-temannya membina kelompok tunanetra. Mereka diberikan bantuan berupa sembako hingga mengajarkan untuk membuka usaha.
"Kita ada komunitas teman-teman dari beberapa teman-teman polisi itu kita ada binaan termasuk sana di dalamnya untuk binaan tunanetra. Kawan-kawan tunanetra kita membina mereka, dengan keterbatasan yang ada pada mereka, kita sisihkan infak dari teman-teman, yang pertama kita infak bulanan yang kita salurkan kepada mereka yang langsung bisa dimanfaatkan kemudian juga kita bina mereka buka usaha," tutur dia.
Aipda Sofyan dan teman-temannya mengarahkan para tunanetra itu agar bisa berwirausaha. Mereka juga diberikan fasilitas untuk memulai usaha itu.
"Jadi nggak hanya minta-minta di jalan, di pon bensin, nyanyi dan lain sebagainya, kita inikan untuk jualan keripik, makanan ringan, mereka berdiri di tempat-tempat khusus, kemudian mereka juga ada punya keahlian seperti pijat, kita sambungkan untuk bisa ada tempat, ada ruko, ada tempat kita bantu untuk sambungkan ke pemilik, kemudian berapa bulannya kita musyawarahkan, alhamdulillah terwujud," ucap dia.
Ada 5 keluarga yang menjadi binaan Aipda Sofyan dan teman-temannya. Mereka tinggal dalam satu kompleks. Sementara bantuan infak itu berasal dari teman-teman sesama polisi Aipda Sofyan.
"Persis yang intens kita ada 5 keluarga mereka tinggal di satu kompleks. Kita ada pengajian bulanan juga, kalau kumpul ada sekitar 20-an mereka," tutur dia.
Pembina Rohani di SPN Polda
Aipda Sofyan juga memiliki tugas khusus di SPN Polda Lampung. Dia ditugaskan untuk menjadi pembina rohani dan mental personel SPN.
"Untuk di kantor saya diamanati, ada surat perintah untuk menjadi tenaga Koordinator Binrohtal, pembinaan rohani dan mental untuk personel SPN, kedua karena di SPN ini teman pendidikan pembentukan bintara saya termasuk ditunjuk Binroh Agama Islam untuk anak-anak pendidikan pembentukan bintara dan polisi pelatihan, polisi yang sudah dinas mereka ada setahun sekali bergantian mereka dilatihkan kembali satu minggu biasanya," jelasnya.
Ikut Membina Warga Lapas
Setiap satu bulan sekali, Aipda Sofyan juga berkunjung ke Lapas Anak dan Lapas Narkotika di Lampung. Aipda Sofyan akan memberikan ceramah pada program tersebut sebagai salah satu bentuk pembinaan.
"Saya juga rutin membina warga Lembaga Pemasyarakatan, LP Natkotik dan LP Anak di Bandar Lampung dan Pesawaran. LP Narkotik hari Rabu, LP Anak hari Jumat," jelasnya.
Kegiatan Aipda Sofyan di Lapas itu tidak mengganggu kegiatan dinas. Jadwal akan disesuaikan selepas dinas di SPN Polda Lampung.
"Jadwal 1 bulan sekali, biasanya saya ambil jadual menyesuaikan dengan jadwal saya piket di kantor. Jadi jadwal itu saya ambil ketika lepas dinas, atau setelah piket. Jadi waktu saya free setelah 24 jam dinas," katanya.[detik]