ANIES MELAWAN KORUPSI

 

KONTENISLAM.COM - OLEH: DR. Syahganda Nainggolan

PENAHANAN Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate akibat dugaan kasus korupsi, tak pelak membuat Partai NasDem menerima kenyataan pahit. Itu karena Johnny menjabat sebagai sekjen partai.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pun menanggapi langsung penangkapan itu dengan keras. Surya menerima kenyataan tersebut. Namun dia menantang agar; pertama, aliran dana diungkapkan semua. Siapa saja yang kebagian. Kedua, dia meminta semua kementerian dan lembaga negara lainnya juga diselidiki secara fair, agar rakyat tahu tentang bobroknya Indonesia saat ini soal korupsi.

Surya tentu tak asal bicara. Penegasan tersebut dapat diisyaratkan sebagai perang terhadap Jokowi yakni tebas semua, jangan tebang pilih. Soal tebas semua dan jangan tebang pilih telah menjadi isu lama dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Memburu koruptor di Indonesia tidaklah susah, mirip seperti berburu di kebon binatang saat pemerintah Jokowi berkuasa. Dalam perumpamaan berburu di kebon binatang, maka like and dislike akan menjadi unsur penting membidik siapa yang ditangkap hari ini dan besok.

Menko Polhukam Mahfud MD dalam 'Mahfud: Sekarang Noleh Ke mana Saja Ada Korupsi, Mengapa Dulu Kita Reformasi' (kompas.com 21/3/2023), mengatakan, "Sekarang saudara noleh ke mana saja ada korupsi kok. Noleh ke hutan, ada korupsi di hutan, noleh ke udara, ke pesawat udara, ada korupsi di Garuda (Indonesia), asuransi ada, koperasi korupsi, semuanya korupsi. Nah, ini sebenarnya mengapa dulu kita melakukan reformasi?"

Dia menambahkan, jika di sektor pertambangan saja kita bebas korupsi, setiap warga negara akan punya penghasilan atau bisa disubsidi Rp20 juta tanpa perlu bekerja. Sebuah ironi besar soal korupsi kita.

Tentu saja dalam setiap rezim ada persoalan dalam pemberantasan korupsi. Namun, di era Jokowi, Transparansi Internasional memberikan nilai terburuk sepanjang sejarah Indonesia ada saat ini, yakni indeks 34. Padahal indeks ini dikeluarkan 2022 sebelum kasus menghebohkan dugaan TPPU Rp349 triliun di Kementerian Keuangan terungkap. Jika hal ini dimasukkan, indeks korupsi kita akan semakin terpuruk lagi.

Karena korupsi sudah dianggap sebagai norma normal di Indonesia saat ini, tidak mengherankan para koruptor yang baru keluar penjara langsung tancap gas sebagai timses capres mendatang. Saya tanyakan hal ini kepada Karni Ilyas ketika diundang di acara ILC.

Perbincangan di meja makan sebelum acara dimulai, karena Rocky Gerung menggugat koruptor-koruptor yang baru keluar penjara bukan tiarap, malu, eh malah tampil di televisi dan pasang baliho besar serta disambut bak pahlawan. Saya bertanya kepada Karni apakah mungkin ILC nantinya mengundang koruptor-koruptor itu sebagai pembicara di ILC? Karni memastikan tidak ada mantan napi koruptor yang akan diundang di ILC.
Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi

Tiga calon presiden yang diprediksi akan bertarung adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedann. Ganjar mewakili pikiran Soekarno alias Orde Lama. Prabowo adalah mantan menantu Soeharto, mewakili pikiran Orde Baru. Sedangkan Anies adalah mahasiswanya pejuang era Reformasi 98 sehingga mewakili spirit Reformasi. Beban era reformasi, seperti yang dituntut mahasiswa saat perjuangan menumbangkan Suharto kala itu adalah demokrasi dan hancurkan korupsi.

Era Soekarno dan Soeharto demokrasi tidak dikenal sama sekali. Pemimpinnya tangan besi. Korupsi merajalela tak bisa dikritik. Tapi, di era Reformasi era Jokowi ini ternyata situasi lebih parah. Awalnya, sebelum era Jokowi, memang demokrasi terlalu bebas sehingga mencemaskan. Tapi di sisi lain korupsi diberantas dengan melahirkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sebelum Jokowi datang, semua koruptor seperti tikus yang mencuri dengan sembunyi, saat ini mereka terang-terangan kembali.

Unsur lainnya tentunya karena budaya korupsi yang terlalu berlebihan saat ini. Untung warganet membongkar kemewahan-kemewahan pejabat dan keluarganya yang doyan flexing. Mereka membongkar banyak hal terkait aksi pamer harta banyak pejabat. Budaya korupsi ini berasal dari budaya glamor yang entah bagaimana menjadi tren elite. Padahal 40% rakyat Indonesia menurut Bank Dunia dengan standar resmi meraka, berada di garis kemiskinan.

Anies dan tantangan

NasDem adalah salah satu dari tiga partai pendukung Anies. Dua partai lainnya PKS dan PD adalah parpol oposisi, sehingga selama sepuluh tahun ini mereka tidak banyak dihebohkan oleh isu korupsi. Kecuali korupsi di tingkat daerah.

Dengan melihat NasDem tidak takut dalam isu penangkapan Johnny G Plate, spirit pemberantasan korupsi ke depan akan lebih mudah bila Anies memimpin bangsa ini. Karena hanya dari sisi NasDem lah yang mungkin mempengaruhi Anies dalam isu ini. Apalagi pernyataan Surya Paloh yang minta buka-bukaan secara total.

Kembali kepada cita-cita Anies Baswedan yang sesuai dengan spirit Reformasi 98, yakni demokrasi dan hancurkan korupsi. Itu yang sering disinggung Anies sebagai meluruskan kembali arah bangsa. Dengan isu tersebut akan menjadi jalan mulus bagi pembangunan yang mensejahterakan rakyat miskin.

Namun, tantangan terhadap Anies begitu besar. Penangkapan petinggi NasDem ini jika dibumbui dengan kompetisi politik yang saling menjatuhkan, akan membuat goncangan besar pada soliditas dan kekuatan pendukung Anies. Oleh karena itu, seluruh kekuatan pendukung Anies, khususnya dalam jajaran elite harus bersumpah bahwa peperangan ini harus diluruskan spiritnya.

Pertama, semangat untuk sekadar berkuasa harus berganti dengan semangat untuk menghancurkan korupsi. Misalnya, kontrak-kontrak politik antarpartai pendukung harus memasukkan antara lain cita-cita meningkatkan indeks persepsi korupsi sebesar 20 poin selama berkuasa. Selanjutnya, memberlakukan hukuman mati bagi koruptor. Kedua, meminta kepada Surya Paloh membongkar semua catatan korupsi yang dia miliki datanya kepada publik.

Jika rakyat yakin bahwa Anies dan pendukungnya berjuang total, semangat perjuangan memenangkan Anies akan lebih mudah. Kemenangan yang dihasilkan oleh spirit antikorupsi, tentu akan membuka jalan untuk menuntaskan anti korupsi selama berkuasa nantinya.

Anies adalah capres Orde Reformasi, orde yang tuntutannya adalah demokrasi dan hancurkan korupsi. Ia tentu mengalami sedikit ganjalan ketika pimpinan partai pendukungnya tersandung kasus korupsi. Rakyat tentu percaya Anies mempunyai spirit antikorupsi yang maha dahsyat.

(Sumber: MediaIndonesia)

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close