Ini Cara Anies Baswedan Jaga Demokrasi: Dengarkan yang Mengkritisi, lalu Mengapresiasi - KONTEN ISLAM

Ini Cara Anies Baswedan Jaga Demokrasi: Dengarkan yang Mengkritisi, lalu Mengapresiasi

 

KONTENISLAM.COM - Sejak sore hingga malam, resto bernuansa Timur Tengah milik H. Haris di Aljazeerah Restaurant & Function Hall, Jakarta Timur menjadi saksi sejarah berlangsungnya agenda Silaturahmi dan Dialog: Anies Mendengar Mas Topan (Masyarakat-Tokoh Penggerak Perubahan), Senin, 15 Mei 2023.

Forum dialog yang mempertemukan Calon Presiden Anies Baswedan bersama 50 tokoh penggerak perubahan yang digagas oleh Refly Harun, Zaitun Rasmin, Eki Pitung, dan beberapa tokoh lainnya merupakan tradisi baru dalam perhelatan demokrasi di Indonesia, khususnya menjelang Pemilihan Presiden 2024.
 
Berdasarkan pantauan langsung KBA News di lokasi, tampak sejumlah tokoh penting turut berpartisipasi seperti K.H. Abdullah Hehamahua, Tamsil Linrung, Eggi Sudjana, Nurhayati Ali Assegaf, Jumhur Hidayat, M. Said Didu, Ramadhan Pohan, Andi Sinulingga, Tony Rosyid, Geisz Chalifah, Ruslan Buton, dan lain-lain.

Usai menyimak dengan penuh khidmat semua saran dan masukan, serta kritik dan perspektif dari puluhan tokoh penggerak perubahan, Calon Presiden Anies Baswedan tampil ke depan untuk menyampaikan kata penutup sekaligus merekap poin-poin penting yang disampaikan langsung kepada dirinya.

“Dari tadi saya mencatat. Jadi, saya sudah mencatat panjang lebar, dari semua yang disampaikan. Itu dapat 7 halaman. 7 halaman, nih,” kata Gubernur DKI periode 2017-2022 dalam mengawali sambutannya.

Pada poin ini tampak benderang kualitas kepemimpinan Anies Baswedan yang sudah terasah sejak belia, sebagaimana diakui oleh Tifauzia Tyassuma. Anies menaruh hormat dan mengapresiasi atas setiap kritik dan saran yang diutarakan dengan cara mencatatnya sendiri, meskipun sudah ada notulensinya.

“Terima kasih buat semua yang dari tadi sudah menyampaikan gagasannya, dari Bunda Merry sampai Bang Egi yang paling akhir. Spektrum urusan yang diungkap ada banyak. Dan memang saya rasa kalau kita perhatikan urusan di Republik ini luar biasa banyaknya. Luar biasa banyaknya. Karena itu saya ingin berbagi sedikit tentang bagaimana kita mendekati problem-problem yang kita temukan seperti ini,” tutur Calon Presiden yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Kemudian, Calon Presiden Anies Baswedan juga mematri dengan baik semua nama tokoh yang berdiri di hadapannya kala menyampaikan pokok pikirannya masing-masing. Ini ciri pemimpin yang peduli dan memperhatikan orang lain. Semua elemen dan entitas dianggap penting tanpa mengecualikan yang lain.

“Saya mencatat semua PR-PR yang tadi disampaikan, dari Bunda Merry, Pak Marsma Bastari, kemudian Pak Alamsyah, Pak Jumhur, Bang Dulah (Abdullah Hehamahua, Red), Tifa, Pak Pendeta Supit, Mas BHM, Bang Surcan, kemudian Gus Wafi, kemudian sang Alang. ini Mas Alang terima kasih, Mas Adhie,” ucapnya seraya menyampaikan apresiasi.

Ketika menyebut nama Adhie Massardi yang berkisah tentang W.S. Rendra dan Yogyakarta, yang membacakan puisi untuk menjaga sikap kritis, Anies lalu menceritakan kenangan ketika kakeknya menulis surat singkat yang diberikan kepada Ken Zuraida untuk W.S. Rendra.

“Ken, titip jaga Rendra supaya tetap jadi pemberontak. Tandatangan. Kenapa? Karena kalau berangkat dari Yogya ke Jakarta kecenderungannya tidak lagi jadi pemberontak. Ketika di Yogya pemberontak, ketika sampai ke Jakarta gelora perjuangannya itu hilang. Jadi tadi mendengarkan puisinya Mas Adhie Dari Yogya ke Jakarta, saya jadi ingat tentang transformasi itu,” kenang Pendiri Indonesia Mengajar di hadapan puluhan tokoh yang memadati ruangan.

Lebih jauh, Calon Presiden Anies Baswedan yang mengenakan busana batik lengan pendek berwarna hijau dengan aksen kuning dan ungu itu menjelaskan perbedaan memimpin 5 orang, 120 atau 130 orang, dan 180 ribu orang. Di sini kecakapannya dalam mengelola orang jelas terlihat.

Jika memimpin 5 orang, maka teknik yang digunakan adalah memberikan tugas kepada masing-masing orang. Jika memimpin 120 atau 130 orang, maka mekanisme yang digunakan adalah SOP. Namun ketika memimpin 180 ribu orang, Anies Baswedan menggunakan values atau nilai-nilai yang kemudian digunakan oleh para pemimpin 120-an orang dan para pemimpin 5 orang. Itulah yang dilakukannya di DKI Jakarta.

Calon Presiden Anies Baswedan juga menjawab isu krusial yang diusung oleh pemimpin buruh, Jumhur Hidayat tentang sula berdikari (self-sufficient) terkait kemandirian bangsa.

“Bicara tentang pesan Sula Berdikari, ya harus diwujudkan value-nya itu. Kemudian pertanyaan, apakah sektor yang menjadi tanggungjawab Anda sudah mencerminkan prinsip berdikari itu. Jadi pertanyaan yang harus dijawab, menjawabnya dengan pengalamannya, pengetahuannya, jaringannya, fiskalnya, dan lain-lainnya. Harus dijawab, tapi kalau tidak pakai nilai dan tidak diwujudkan dalam pertanyaan, itu semua jalan sendiri-sendiri yang tanpa arah karena tidak ada arah atau tidak ada guidance,”

Dinamika seakan rumit ketika Eggi Sudjana bicara tentang “Meluruskan Jalan” dengan mengacu pada Surat AlFatihah saat menyinggung pidato Calon Presiden Anies Baswedan dalam acara Amanat Indonesia beberapa waktu lalu di Senayan, Jakarta. Ini hal sensitif yang memicu Refly Harun berkomentar “Minta ampun.”

Calon Presiden Anies Baswedan memahami arah pernyataan Eggi Sudjana dan sebaliknya Eggi juga memahaminya. Anies lagi-lagi menunjukkan jiwa kepemimpinannya sehingga mampu mengatasi persoalan rumit secara apik.

“Jadi kalau tadi Bang Eggi tadi ngomong tentang jalan lurus, doa kita juga begitu. Ya, kan? Ihdinash-shirathal-mustaqim. Kita selalu minta ditunjukkan jalan yang lempang. Dan jalan lempang itu orang-orang sebelum kita, jadi kalau pakai begitu, ya. Ambil rujukan-rujukan utamanya. Di mana yang disepakati sebagai pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Itu sumber nilai kita,” terangnya.

Berbicara tentang nilai, Calon Presiden Anies Baswedan mengisahkan saat menjadi Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun dengan menerapkan unsur keadilan dalam setiap kebijakannya. Salah satu kebijakan Anies Baswedan yang memenuhi unsur keadilan adalah pembangunan jalan dan trotoar, di mana kendaraan umum, kendaraan pribadi, sepeda motor, sepeda, dan pejalan kaki semuanya difasilitasi.

“Ketika kami tugas di Jakarta, itu tiap-tiap urusan diberi pertanyaan yang harus dijawab. Dan pertanyaan yang harus dijawab itu bagaimana unsur keadilan itu tercermin dalam kebijakan yang dibuat di tempat Anda dan itu biasanya orang berpikir,” tutupnya.

Sumber: kba

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam | Ikuti Kami di Facebook: Berita Indonesia | Flow Twitter Kami: @kontenislam_com

Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close