Tidak Mengikuti Ulama Muktabar dalam Tata Cara Shalat Ied, Panji Gumilang Sebut Ikut Mazhab Bung Karno - KONTENISLAM.COM Berita Terupdate

Tidak Mengikuti Ulama Muktabar dalam Tata Cara Shalat Ied, Panji Gumilang Sebut Ikut Mazhab Bung Karno

 

KONTENISLAM.COM - Pemimpin Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Abdussalam R. Panji Gumilang akhirnya menjelaskan alasan mengapa jamaah wanita dan pria bercampur dalam satu shaf saat shalat Idul Fitri yang kontroversial.

Menariknya, dalam ceramahnya, dia tidak menjelaskan alasanya tidak bersandarkan pada ulama mazhab yang muktabar dalam ilmu fikih, tetapi menyebutnya ‘Mazhab Bung Karno’.
 
Di menit ke 7, ia mengaku terakit viralnya foto-foto kegiatan shalat Idul Fitri di PP Al Zaytun yang menampilkan seorang wanita sejajar dengan pria di barisan depan. Secara jujur, Panji Gumilang tidak menyinggung mahzab ulama muktabar (yang diakui, red), namun dirinya mengakui mengikuti Mazhab Soekarno.

“Syeikh ingat, karena ditanya orang, ini mahzab apa yang begini-begini ini. Syekh karena mengagumi orang yang pandangannya luar biasa dalam bidang-bidang ini, syeikh bilang, mazhabku adalah Bung Karno,” ujarnya disambut tepuk tangan.

Pria yang sempat dikaitkan sebagai Imam Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 9 pada 2011 lalu menjelaskan perbedaan antara Soekarno dengan Muhammadiyah soal tabir atau kain panjang yang menjadi pemisah antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah pertemuan dan shalat pada sekitar tahun 1930-an.

Dalam pidatonya, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengaku seolah berjumpa Bung Karno. Dalam obrolan imajiner dengan ia seolah ditegur Soekarno dan dianggap berlebihan meletakkan wanita di soft depan saat sholat berjamaah di samping jamaah pria.

Panji Gumilang kemudian menjawab, bahwa setelah polemi menampilkan wanita berdiri sejajar dengan pria, rencananya, Al-Zaytun akan menampilkan wanita menjadi khotib pada shalat Jumat. “Ini besok, Center of Education di Az-Zaitun ini mau menampilkan nisa’ (wanita) untuk jadi khotib di Jumat,” ujarnya kembali disambut tepuk tangan.

Ia kembali menjelaskan obrolan imajinernya dengan Bung Karno, tentang sikapnya menempatkan perempuan satu shaf sejajar dengan pria. “Bung (Bung Karno, red) mengatakan agama itu adalah rasional. Siapa yang tidak rasional bukan beragama Bung. Ingatkah Bung mengucapkan Merdeka. Saya tambah Bung, merdeka ilmu, merdeka pikir dan merdeka ilmu.”

Maka dalam dialog imajiner itu, Panji mengaku mendapat dukungan Soekarno. “Sekarang sudah melebihi umurku, teruskan perjuanganmu, Panji, begitu kata Bung Karno.”

Ia juga menyinggung orang-orang yang bermahzab pada ulama yang disebutnya ngotot. “Lha orang-orang mazhabnya Syafi’I, Maliki, Hambali sambil tidak tahu, makamnya saja nggak tahu gitu kan, itu ngotot. Lah ini Bung Karno, pernah salaman, punya buku dan bisa dirujuk,” tambahnya tidak menjelaskan lebih detil apa maksudnya

Dalam penjelasanya, ia menyebut Perayaan Idul Fitri di Komplek Al Zaytun berjalan damai dan tenang. Menurutnya, hanya orang luar saja yang mengusik ketenangan dan kentramanya.

“Idul Fitri ini kita melaksanakan dengan tenang tentram. Karena apa ya namanya hari raya makan-makan kalau nggak tentram kan repot. Adapun ada orang yang menanggapinya juga kan nggak nampak,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengajak jamaahnya tampil di dunia nyata dengan sebaik-baiknya dan mengindari gangguan luar. “Makanya kalau kita sudah tentram sudah baik jangan mau diobong-obongi (dibakar-bakar, red) oleh orang yang jahil murokab (bodoh kuadrat, red).

Pria kelahiran Desa Sembung Anyar, Kec. Dukun, Gresik Jawa Timur, 30 Juli 1946 ini mengaku, di saat sedang enak-anak menjalankan hari raya makan-makan, tiba-tiba dikejutkan banyak media, terutama siaran televisi yang menyiarkan seakan-akan wartawannya sudah memahami  kondisi pondok pesantrenya.

“Ada televisi yang menyiarkan seakan-akan wartawannya itu ngerti tempat kita. Dipandang dari jauh saja nampak di kamera dari jauh seakan-akan sudah datang kemudian cerita bahwasanya sudah keliling-keliling. Memang kalau keliling-keliling di luar itu capek 1200 sampai 2000 hektar itu capek,” ujarnya.

Menurutnya, media yang jelas mengadu-domba dan ngawur tidak akan mampu mengeliling areal Al-Zaytun. “Kalau bangsa wartawan yang ngawur itu yang menyiarkan berita yang adu domba itu nggak akan mampu jalan selangkah juga sudah menggeh-menggeh (ngos-ngosan, red),”katanya.* [hidayatullah]

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close