Dulu Pandemi, Kini Polusi
KONTENISLAM.COM - Barangkali belum banyak orang tahu jika Gunung Gede Pangrango yang berada di Jawa Barat bisa terlihat penampakannya dari langit Jakarta. Makanya, ketika warga bernama Ari Wibisono mengabadikan pemandangan itu dari wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, foto jepretannya lantas viral di media sosial.
Foto gedung-gedung tinggi dengan latar belakang gunung Ari ambil ketika sedang diberlakukan pembatasan kegiatan sosial untuk mencegah penularan virus COVID-19 tahun 2021. Minimnya mobilitas masyarakat di Jakarta kala itu ternyata berdampak baik. Langit di Jakarta nampak begitu cerah dan biru. Kondisi ini didukung data dari AirVisual yang kerap kali menunjukan kualitas udara di Jakarta berada dalam kategori bagus.
Namun, sejak kebijakan jaga jarak sosial atau social distancing dan kerja dari rumah atau work from home dicabut, ibu kota kembali dihantui polusi. Langit biru Jakarta sudah sirna dan bayangan Gunung Gede Pangrango tak pernah lagi terlihat. Apalagi, polusi tersebut makin tak keruan belakangan ini.
Terpantau dari IQAir, buruknya kualitas udara Jakarta pada Sabtu 19 Agustus 2023 pukul 10.16 WIB, sampai mengalahkan Baghdad hingga Wuhan. IQAir merupakan perusahaan teknologi kualitas udara yang berbasis di Swiss. "Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 11,5 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," begitu keterangan yang tertera di IQAir, memberitahu soal udara toksik di Jakarta.
Parameter buruk-baiknya kualitas udara adalah PM2,5 atau particulate matter, yakni partikel udara berukuran kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer. Partikel ini dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kanker paru-paru, kardiovaskuler, bahkan kematian dini. Untuk Jakarta, polutan utama yang disebut oleh IQAir adalah PM 2,5 dengan konsentrasi 57,4 mikrogram per meter kubik.
***
Akibat polusi udara di langit Jakarta, alergi rhinitis yang diderita Wahyu Handoko kembali kumat. Ketika bangun dan menghirup udara pagi, hidungnya langsung gatal dan bersin-bersin. Kerabatnya juga sempat menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA akibat buruknya udara Jakarta.
“Kemarin saya juga sempat batuk pilek sama sakit tenggorokan. Padahal makan lagi dijaga banget, istirahat juga cukup,” ucap warga Jakarta yang tinggal di Pecenongan, Jakarta Barat. Ia mendapatkan resep obat setelah konsultasi secara daring lewat sebuah aplikasi.
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di lingkungan Pemprov DKI Jakarta ini antusias ketika menyambut kebijakan uji coba bekerja dari rumah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Uji coba WFH dilakukan dalam menekan buruknya kualitas udara di ibu kota. Uji cob aini berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya selama tiga bulan, mulai dari 21 Agustus 2023.
“WFH khusus staf aja, kalau yang pelayanan ke masyarakat langsung tetap di lapangan katanya,” ucap Wahyu kepada detikX. “Gara-gara WFH jadi nostalgia jaman pandemi lagi ini, mah, namanya.”
Kebijakan ini rencanannya tidak berlaku hanya untuk ASN saja. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bakal mempertimbangkan opsi kelonggaran untuk para pekerja di Jakarta untuk bekerja dari rumah. Ia meminta anak buahnya mengkaji kemungkinan itu. "Jika diperlukan, kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home," kata Jokowi pada rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 14 Agustus 2023.
Ketika diminta untuk kembali bekerja dari rumah, Wahyu dan para ASN lainnya harus tetap produktif dan wajib mematuhi jam bekerja sesuai ketentuan. Wahyu juga diminta melaporkan kinerjanya setiap hari kepada atasan. Hanya saja Wahyu merasa tidak mudah untuk kembali beradaptasi dengan ritme kerja di rumah.
“Soalnya sekarang udah terbiasa jam kerja normal di kantor, eh, harus penyesuaian lagi. Kondisi di rumah masing-masing kan beda juga, ya,” ucap laki-laki berusia 35 tahun ini. Lingkungan rumah yang tidak mendukung terkadang berdampak pada penurunan motivasi kerja. “Output kerjanya kadang malah lebih lama dari pada pas WFO.”
Sementara itu Erika Praswati, pemilik usaha percetakan sekaligus usaha kuliner ini justru khawatir jika rencana pemerintah menerapkan WFH untuk karyawan yang bekerja di DKI Jakarta. Erika yang kini mempekerjakan delapan orang karyawan ini cemas jika kebijakan WFH bisa berdampak buruk pada aktivitas bisnisnya.
“Kita masih gali-tutup lubang gara-gara pandemi COVID-19 kemarin. Kalau WFH sampai diterapkan kayak dulu lagi kasihan pengusaha-pengusaha kayak saya ini,” tutur Erika yang bisnisnya sempat mengalami keterpurukan karena pembatasan aktivitas sosial.
Berbeda dengan pandemi COVID-19, musuh yang kali ini dihadapi adalah polusi udara di langit Jakarta. Erika tidak yakin apakah pembatasan kerja ini bisa betul-betul mengurangi polusi udara. “Apa nggak ada solusi lain yang sifatnya lebih long term? WFH kan juga nggak mungkin diberlakukan selamanya hanya karena polusi udara,” katanya.
sumber: detik