Jokowi Dinilai Jadi Malin Kundang: Durhaka Khianati Megawati, Lebih Dahsyat dari Perselisihan SBY
Table of Contents

[KONTENISLAM.COM] Pengamat Politik, Rocky Gerung menilai sedang terjadi perang terbuka antara Presiden Jokowi versus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terkait Pilpres 2024.
Adu kekuatan antar dua elite politik itu tercetus setelah kelompok relawan Pro Jokowi (Projo) mendeklarasikan dukungan untuk bakal capres Prabowo Subianto dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), pada Sabtu (14/10/2023).
Bahkan Jokowi dan putranya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang sama-sama kader PDIP, hadir pada Rakernas ke-6 Projo, sebelum deklarasi terjadi pada hari yang sama.
Projo dinilai representasi sekaligus proksi kekuatan Jokowi di kontestasi politik nasional ini. Padahal, Jokowi notabene adalah kader PDIP.
Karir politiknya dari mulai menjabat Wali Kota Solo 2005-2012, Gubernur DKI Jakarta 2012-2014, hingga menjabat Presiden dua periode 2014-2024, selalu didukung partai banteng.
Jokowi dipercaya Megawati meniti karir begitu cepat dari kepala daerah tingkat kota, lalu ke provinsi dan menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Sikap Jokowi yang semakin terang benderang mengarahkan dukungan kepada Prabowo dinilai Rocky lebih dari sekedar pengkhianatan.
Jokowi ogah manut arahan Megawati intuk mendukung jagoan PDIP di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo. Bagi Rocky, perselisihan Jokowi dan Megawati sudah gawat.
"Bahkan lebih mungkin kita membayangkan perdamaian antara Israel dan Palestina, kalau terjadi pergantian perdana menteri di Israel tuh," kata Rocky saat berbicara di akun Youtubenya, Rocky Gerung Official, Sabtu (14/10/2023).
Video berjudul "Projo Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran? Perang Barata Yudha Jokowi Vs Mega Dimulai?" itu sudah ditonton 137 ribu kali sampai hari ini, Senin (16/10/2023).
Menurut Rocky, Jokowi sudah menjelma Malin Kundang, legenda seorang anak yang durhaka terhadap ibunya.
"Keuntungan Ibu Mega dia perempuan dan orang menganggap bahwa apapun, putra mahkota politiknya, Jokowi, sudah bertindak sebagai Malin Kundang," ujar Rocky.
Rocky melihat, perang terbuka dengan Jokowi kali ini lebih dahsyat, berbeda dengan perselisihan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 18 tahun lalu yang disebabkan karena intrik politik jelang Pilpres 2004. SBY bukanlah kader yang diasuh Megawati, berbeda halnya dengan Jokowi.
"Kemampuan-kemampuan itu yang kita gak bisa bayangkan bisa datang dari kemarahan yang, ya kemarahan sublim dari seorang ibu yang menganggap bahwa kenapa dia dikhianati."
"Perselisihan Ibu Mega dan Pak SBY kan gak berakhir tuh, karena Bu Mega merasa dikhianati. Tetapi lebih dari itu, Jokowi dibesarkan oleh Mega. Kalau pada waktu itu SBY memang melakukan semacam taktik politik untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan berlawanan dengan Mega," papar Rocky.
Rocky bahkan menganalisa, suasana kebatinan Megawati yang dikhianati putra mahkotanya sendiri sangat sulit diterka.
Jika itu sebuah kemarahan, maka sangatlah dalam sampai seorang psikiater pun akan kesusahan membacanya.
"Tapi yang ini adalah orang yang sudah dijadikan presiden oleh Megawati lho ini, Jokowi. Itu betul-betul satu suasana psikologi yang mungkin hanya bisa dimengerti oleh para psikiater."
"Tapi bagi rakyat, tanpa keterangan psikiater, langsung ada semacam hukuman moral, apapun keterangan Jokowi, dia berkhianat pada ibunya sendiri," pungkasnya.
PDIP Buka Suara
PDIP pun buka suara atas sikap relawan Projo yang memilih mendukung rivalnya.
Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pemilihan Presiden (TKRPP), Ahmad Basarah, mengatakan, pihaknya menghormati keputusan Projo. Baginya, di negara demokrasi, sikap politik kelompok harus dihargai.
“Menghormati setiap keputusan politik yang diambil oleh masing-masing organ relawan untuk melanjutkan arah politik dan dukungannya pada pilpres 2024,” kata Ahmad di Surabaya, Sabtu (14/10/2023), dikutip dari Kompas.TV.
“Ya itu hak demokrasi masing-masing organ relawan, mereka adalah organisasi yang independen dan mandiri yang tidak bisa dicampuri oleh siapapun,” lanjutnya.
Basarah pun mengklaim pihaknya juga memiliki kelompok relawan yang menamakan diri Projo dan mendukung Ganjar Pranowo.
“Kami juga ada yang namanya Projo Ganjar, sudah mendaftarkan resmi sebagai organ relawan yang mendukung Ganjar Pranowo,” ujar dia. [tribunnews]