Merasa paling baik gitu?
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - BY TERE LIYE
Dear Bro, Sis,
Siapa yang jadi Menteri, itu urusan Pak Prabowo. Mutlak di tangannya. Ngerti nggak sih sistem UUD 1945? Presiden yg menentukan semuanya. Bukan mantan Presiden, bukan wapresnya, bukan elit-elit politik, bukan siapa-siapa.
Jika kamu dimintain saran, nasihat langsung sama Presiden terpilih, maka kamu sampaikan langsung padanya. Berikan argumen-argumen kamu kepadanya langsung. Berikan saran-saran terbaik. Jika tidak diminta, kamu bisa mingkem?
Ini kenapa elit-elit gatal sekali semua ikutan komentar di depan wartawan, di depan netizen, di acara-acara, ngoceh semua. Hanya karena kalian merasa hebat, tetap saja, kalian tidak level menyusun kabinet. Itu hak pak Prabowo. Nah, jika kalian friend banget sama presiden terpilih, merasa dekat, kirim saja whatsapp langsung ke dia. Jadikan masukan internal.
Katanya kita itu mau rekonsiliasi, mau damai, gotong royong, kok kamu masiiih saja ngoceh di depan wartawan, di acara-acara terbuka. Coba direnungkan, apa manfaatnya kamu ngomong soal toxic ini di depan wartawan? Merasa paling baik gitu?
Mingkem dikit. Tahan komen-komen kalian. Merasa paling loyal, merasa paling baik, merasa paling setia. Duuh Gusti, orang-orang ini habis ngoceh begini, mikir nggak sih, kalau pernyataannya itu justeru bikin musuhan? Katanya mau damai? Bersatu?
Paham? Jadi tahan dikitlah mengerluakan pernyataan di luar kapasitas kalian. Bahkan saat wartawan nanya soal ini ke kamu, maka respon terbaikmu adalah: 'Itu hak prerogatif presiden terpilih, sy tidak tahu apa-apa. Dan tidak berhak komen apapun."
*Tere Liye, penulis novel 'KALAU BISA DIPERSULIT, BUAT APA DIPERMUDAH'
(fb)
Dear Bro, Sis,
Siapa yang jadi Menteri, itu urusan Pak Prabowo. Mutlak di tangannya. Ngerti nggak sih sistem UUD 1945? Presiden yg menentukan semuanya. Bukan mantan Presiden, bukan wapresnya, bukan elit-elit politik, bukan siapa-siapa.
Jika kamu dimintain saran, nasihat langsung sama Presiden terpilih, maka kamu sampaikan langsung padanya. Berikan argumen-argumen kamu kepadanya langsung. Berikan saran-saran terbaik. Jika tidak diminta, kamu bisa mingkem?
Ini kenapa elit-elit gatal sekali semua ikutan komentar di depan wartawan, di depan netizen, di acara-acara, ngoceh semua. Hanya karena kalian merasa hebat, tetap saja, kalian tidak level menyusun kabinet. Itu hak pak Prabowo. Nah, jika kalian friend banget sama presiden terpilih, merasa dekat, kirim saja whatsapp langsung ke dia. Jadikan masukan internal.
Katanya kita itu mau rekonsiliasi, mau damai, gotong royong, kok kamu masiiih saja ngoceh di depan wartawan, di acara-acara terbuka. Coba direnungkan, apa manfaatnya kamu ngomong soal toxic ini di depan wartawan? Merasa paling baik gitu?
Mingkem dikit. Tahan komen-komen kalian. Merasa paling loyal, merasa paling baik, merasa paling setia. Duuh Gusti, orang-orang ini habis ngoceh begini, mikir nggak sih, kalau pernyataannya itu justeru bikin musuhan? Katanya mau damai? Bersatu?
Paham? Jadi tahan dikitlah mengerluakan pernyataan di luar kapasitas kalian. Bahkan saat wartawan nanya soal ini ke kamu, maka respon terbaikmu adalah: 'Itu hak prerogatif presiden terpilih, sy tidak tahu apa-apa. Dan tidak berhak komen apapun."
*Tere Liye, penulis novel 'KALAU BISA DIPERSULIT, BUAT APA DIPERMUDAH'
(fb)