Iran dan AS Saling Ancam usai Bos Hizbullah Nasrallah Dibom Israel
Daftar Isi
Iran dan Amerika Serikat saling mengancam usai pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di Beirut, Lebanon pada pekan lalu.
Hizbullah merupakan milisi yang didukung Iran. Kematian pemimpin kelompok ini tentu membuat mereka murka.
Sementara itu, Amerika Serikat merupakan sekutu dekat dan kerap membela Israel.
Kepala Angkatan Darat Iran Mayjen Abdolrahim Mousavi mengatakan mereka akan membalas serangan Israel.
"Tunggu saja," kata Mousavi, dikutip Mehr News, Senin (30/9).
Dia juga menyebut "darah syuhada Nasrallah" akan mempercepat kehancuran Israel dan para pemimpinnya.
Para petinggi Iran termasuk presiden mengatakan negara ini akan membalas tindakan kriminal Israel.
Sejumlah pengamat meyakini Iran kali ini akan turun tangan setelah dua pentolan milisi yang didukung mereka tewas.
Di tengah komentar pejabat Iran yang bersumpah akan membalas serangan, Amerika Serikat melontarkan ancaman ke negara Timur Tengah ini.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin menekankan Amerika Serikat bertekad mencegah Iran dan para proksinya memperluas konflik.
Barat menganggap jika Iran meluncurkan serangan balasan, terutama secara langsung, akan meningkatkan konflik dan mengganggu stabilitas di Timur Tengah.
"Jika Iran, mitranya, atau proksinya menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan tersebut, Amerika Serikat akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami," ujar dia, dikutip Reuters.
AS juga siap mengerahkan pasukan tambahan ke Timur Tengah untuk menambah kekuatan dan menanggapi berbagai kemungkinan.
Namun, sejauh ini tak ada angka pasti jumlah personel yang dikirim AS ke Timur Tengah.
Saling ancam AS dan Iran muncul saat Israel menggempur habis-habisan Lebanon dalam dua pekan terakhir.
Pekan lalu, Israel bahkan menggempur anggota Hizbullah yang sedang rapat di markas besar di Beirut. Operasi tersebut menewaskan Nasrallah dan satu anggota militer Iran.
Kemudian pada Selasa ini, Israel memulai invasi dan serangan darat ke Lebanon selatan. Mereka mengklaim operasi itu menargetkan fasilitas Hizbullah.
Namun, Israel mengebom fasilitas sipil seperti kamp pengungsian di Lebanon selatan dan menyebabkan sepuluh orang meninggal.
Sumber: cnnindonesia